Minggu, 24 April 2016

ANALISIS PARAMETER KUALITAS AIR DI PERAIRAN SUNGAI DUA LAUT KECAMATAN SUNGAI LOBAN SEBAGAI INDIKATOR BAHAN PENCEMARAN DI KABUPATEN TANAH BUMBU

I. PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang
Pencemaran adalah sebaran penambahan pada udara, air dan tanah atau makanan yang membahayakan kesehatan, ketahanan atau kegiatan manusia atau organism hidup lainnya. Pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan fungsinya.
Lingkungan yang dikatakan tercemar, jika kadar lingkungan tersebut tidak sesuai lagi dengan peruntukannya, atau keluar dari sifat alaminya. Tingkat pencemaran lingkungan laut yang masih tinggi ditandai antar lain dengan terjadinya eutrofikasi atau meningkatnya jumlah nutrisi disebabkan oleh polutan. Nutrisi yang berlebihan tersebut, umumnya berasal dari limbah industri, limbah domestik seperti deterjen, maupun aktivitas budidaya pertanian di daerah aliran sungai yang masuk ke laut. Pencemaran di laut bisa pula ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan fitoplankton atau algae yang berlebihan dan cenderung cepat membusuk. Logam berat termasuk bahan berbahaya dan beracun yang biasanya dihasilkan oleh industri berupa limbah. Logam berat yang lazim terdapat dalam limbah industri adalah logam timbal (Pb), Dan  kadnium (Cd). Walaupun kadar logam dalam tanah, air, dan udara rendah, namun dapat meningkat apabila manusia menggunakan produk-produk dan peralatan yang mengandung logam, pabrik-pabrik yang menggunakan logam, pertambangan logam, dan pemurnian logam.
Indikator dalam melakukan penilaian terhadap lingkungan yang dianggap tercemar dapat dilakukan dengan beberapa pengukuran dan analisis. Seperti pengamatan secara fisik, kimiawi dan bilogis. Dan secara umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen biokimia (Biochemycal oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxigen Demand, COD).
Agar laut dapat bermanfaat secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan, maka kegiatan pengendalian dan perusakan laut menjadi sangat penting. Pengendalian pencemaran dan perusakan ini merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini telah di tuangkan dalam peraturan pemerintah No. 19 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran dan /atau kerusakan laut, KepMen LH No. 24 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut, Kepmen LH No. 45/MENLH/11/1996 tentang Program Pantai Lestari dan masih banyak lagi peraturan-peraturan yang di bentuk guna menanggulangi pencemaran yang terjadi di laut.
 Perairan Sungai Dua Laut merupakan salah satu perairan yang rentan terhadap pencemaran karena merupakan perairan dengan aktifitas cukup tinggi . Ditinjau dari  aktifitas-aktifitas manusia di sekitar perairan Sungai Dua Laut, kegiatan yang ada di sekitar perairan Sungai Dua Laut lumayan baik karena belum banyak aktifitas yang terlihat mengganggu perairan disekitar pantainya. Aktifitas-aktifitas yang ada di perairan Sungai Dua Laut banyaknya nelayan mencari ikan,udang dan kepiting. Banyak pengepul kepiting dan ikan yang banyak membuang limbah kerapas dari kepiting dan udang disekitar pantai sehingga sehingga aroma tak sedappun tercium disekitar pantai dan jika tidak diperhatikan lama-lama akan menyebabkan pencemaran perairan disekitar pantainya tersebut. Dilain sisi dapat berpengaruh terhadap biota dan bentos yang berasosiasi disekitarnya yang menyebabkan biota-biota banyak yang terkena dampaknya seperti, biota bentosnya baik molusca,gastropoda,crustacea,nekton dan biota bentos lainya. perairan Sungai Dua Laut sebagai wilayah penangkapan dapat berpengaruh terhadap kedalaman perairannya. Oleh karena itu dalam praktik lapang kali ini untuk mengkaji parameter fisik, kimia, dan biologi, karena dari perameter-parameter tersebut dapat diketahui tingkat pencemarannya.
1.2.  Tujuan Laporan
Tujuan dari laporan ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui dan menganalisis indikator pencemaran laut diperairan Sungai Dua Laut.
2.      Mengetahui faktor-faktor dan sumber-sumber yang mempengaruhi pencemaran laut diperairan Sungai Dua Laut.
3.      Upaya penanggulangan pencemaran diperairan Sungai Dua Laut
Menyusun laporan.

1.3.      Ruang Lingkup
1.3.1.   Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah kajian di perairan Desa Sungai Dua Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan berada di antara 2°52’ - 3°47’ Lintang Selatan dan 115°15’ - 116°04’ Bujur Timur. Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu Kabupaten di Provinsi kalimantan Selatan yang terletak di ujung tenggara Pulau Kalimantan. Berbatasan langsung dengan Laut jawa, dengan luasan daerah sekitar ± 25.422 Ha dengan presentasi 5.08%.
1.3.2.    Ruang Lingkup Materi
  Adapun parameter yang diukur dan dianalisis dari laporan pencemaran laut sebagai berikut:
1.      Parameter fisik yaitu: Suhu, kecerahan, arus, dan pasang surut.
2.      Parameter kimia yaitu: Secara insitu (salinitas, pH dan DO), Secara eksitu (COD dan BOD5).
Parameter biologi yaitu: Plankton dan benthos.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pengertian
 Pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan fungsinya (Dewi, 2009). Sedangkan menurut Miller (2004), Pencemaran adalah sebaran penambahan pada udara, air dan tanah atau makanan yang membahayakan kesehatan, ketahanan atau kegiatan manusia atau organism hidup lainnya.
Secara lebih spesifik, pencemaran laut masukanya zat atau energy, secara langsung maupun  tidak langsung oleh kegiatan manusia ke dalam lingkungan laut termasuk daerah pesisir pantai, sehingga dapat menimbulkan akibat yang merugikan baik terhadap sumberdaya alam hayati, kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut, termasuk perikanan dan penggunaan lain-lain yang dapat menyebabkan penurunan tingkat kualitas air laut serta menurunkan kaulaitas tempat tinggal dan regreasi. (KLH, 1991).
2.2.  Jenis dan Sumber Pencemaran Dapat Dibedakan
Definisi pencemaran menurut jenisnya dibagi dalam tiga jenis :
v   Pencemaran air
Perubahan komposisi atau kondisi air akibat adanya kegiatan atau hasil kegiatan manusia secara langsung maupun tidak langsung sehingga mengakibatkan air menjadi tidak layak difungsikan sebagaimana fungsi wajar air tersebut.
v   Pencemaran Udara
Perubahan komposisi udara dari keadaan normalnya akibat dari masuknya substansi-substansi yang mengakibatkan gangguan terhadap makhluk hidup atau menimbulkan pengaruh buruk terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.
v   Pencemaran Tanah
Yaitu perubahan fisik maupun kimiawi tanah yang dapat mengakibatkan menurunnya daya guna atau berkurangnya kemampuan daya dukung tanah, bila digunakan tanpa pengolahan lebih dahulu (Alfiah,2010).

Pencemaran pesisir dan laut  dapat bersumber dari :
v   Laut itu sendiri (marine based pollution)
v   Daratan (land based pollution)
Pembuangan limbah cair dari anjungan pengeboran minyak lepas pantai adalah contoh jenis sumber dari laut. Sedangkan aliran limbahh cair dan sampah dari sungai-sungai perkotaan pantai adalah contoh jenis sumber dari darat. (Muhktasor, 2007).
Table 1.  Diagram Sumber-Sumber Pencemaran Laut.

Sumber Pencemaran Laut










Land based pollution
(bersumber dari darat)
-       Limbah air pendingin PLTU (limbah panas )
-       Limbah rumah tangga
-       Sewage
-       Limbah terikut sungai
-       Limbah organic dan non organic
-       Saluran pembuangan pabrik
-       Limbah dari deposisi dari cerobong asap
-       Dan sebagainya

Marine based pollution
(bersumber dari laut)
-        Pengeboran / eksplorasi minyak
-        Limbah produksi minyak
-        Air ballas kapal
-        Limbah pelabuhan
-        Limbah dari kapal tengker
-        Limbah kapal penumpang
-        Kecelakaan tumpahan minyak dan kebocoran pipa
-        dan sebagainya

Proses masuknya bahan pencemar terbagi dua yaitu: 
Point Source : yaitu bahan pencemar yang berasal dari satu titik, Seperti dari limbah pabrik, pembangkit listrik dan pembuangan kotoran.
Non-point Source : yaitu bahan pencemar yang berasal dari beberapa titik  sumber pencemar, seperti lahan pertanian, tempat pelatihan golf, perkotaan dan hutan industri.

2.2.Indikator Pencemaran
Indikator  atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
Ø Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau dan rasa.
Ø Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH.
Ø Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biokimia (Biochemycal oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxigen Demand, COD), (Warlina, 2004).
Berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004. Tentang baku mutu air laut untuk wisata bahari dan biota laut, menyatakan baku mutu air laut adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Baku Mutu Air Laut Untuk Wisata Bahari.

Keterangan:
1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan).

1.    Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik internasional maupun nasional.
2.    Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam dan musim)
3.    Pengamatan oleh manusia (visual).
4.    Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer) dengan ketebalan 0,01mm
ü  Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic
ü  Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata2 musiman
ü  Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami
ü  Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH
ü  Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman
ü  Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor
ü  Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman
Tabel 3. Indeks keseragaman Plankton Menurut Magurran (1987).
Indeks keanekaragaman
Keadaan struktur komunitas
< 1.00
Tidak stabil
1.00  -  1.66
Cukup stabil
1.67  -  2.33
Stabil
2.34  -  3.00
Lebih stabil
> 3.00
Sangat stabil

Tabel 4. Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut
Keterangan:
1.    Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan)
2.    Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik internasional maupun nasional.
3.    Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam dan musim).
4.    Pengamatan oleh manusia (visual ).
5.    Pengamatan oleh manusia (visual ). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer ) dengan ketebalan 0,01mm
6.    Tidak bloom  adalah  tidak  terjadi  pertumbuhan  yang  berlebihan  yang  dapat menyebabkan eutrofikasi.  Pertumbuhan  plankton  yang  berlebihan  dipengaruhi  oleh  nutrien,  cahaya,  suhu, kecepatan arus, dan kestabilan plankton itu sendiri.
7.    TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat pada cat kapal
a.       Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic
b.      Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata2 musiman
c.       Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami
d.      Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH
e.       Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman
f.        Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor
g.      Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman.
Tabel 5. Hubungan nilai indeks kemerataan dengan penyebaran jenis dalam   komunitas biota perairan.
Indeks kemerataan
Keadaan penyebaran jenis dalam komunitas
Katagori
< 0.20
Tidak merata
Sangat buruk
0.21 – 0.40
Cukup merata
Buruk
0.41 – 0.60
Merata
Sedang
0.61 – 0.80
Lebih Merata
Baik
> 0.80
Sangat merata
Sangat baik

2.2.     Pencemaran di Wilayah Pesisir
Potensi sumberdaya ikan yang berlimpah menjadikan banyak tumbuh industri pengolahan ikan, mulai dari skala kecil sampai industri dengan skala yang skala besar, di Indonesia. Industri hasil pengolahan hasil perikanan ini, dengan berbagai jenis olahannya, dan teknologi yang digunakannya (dalam proses panangkapan dan pengolahan) akan menghasilkan limbah, baik padat maupun cair yang berpotensi merusak keseimbangan ekologi, trutama ekologi air sungai maupun laut. Adanya aktifitas penangkapan ikan dengan bahan peledak ataupun racun kimia mengakibatkan beban pencemaran laut yang semakin tinggi dan potensi berkurangnya produksi ikan di beberapa daerah. (Mukhtasor, 2007).
Limbah padat yang dibung ke laut berupa sampah merupakan salah satu bahan utama yang terkandung dalam buangan limbah. Di Indonesia sampah yang dibuat ke laut cukup banyak dan pada saat ini sudah pada kondisi yang memperhatinkan, terutama di perairan teluk dan beberpa perairan lainnya di Indonesia. Sampah-sampah ini dapat berupa sisa makanan, kertas, plastik, botol, kaleng, bahkan mungkin alat rumah tangga atau kendaraan yang sudah tidak bisa digunakan. Kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat, umumnya dusungai, menyebabkan seluruh pembunagan sampah yang terjadi akan terbawa aliran dan berakhir di laut. (PPGBPL, 2003 dalam Mukhtasor, 2007)
2.5. Upaya Penanggulangan Pencemaran di Wilayah Pesisir
Untuk menanggulangi pencemaran laut dewasa ini tidaklah begitu mudah, hal ini disebabkan karena laut mempunyai jangkauan batas yang tidak nyata. Meskipun demikian ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran laut, antara lain: dengan cara membuat alat pengolah limbah, penimbunan (alokasi) bahan pencemar di tempat yang aman, dan daur ulang limbah ada beberapa tindakan nyata yang dapat dilakukan agar pencemaran dan kerusakan ekosistem laut dapat dicegah dan dihindari sedini mungkin :
1.        Kegiatan berupa pelarangan dan pencegahan, yaitu melarang dan mencegah semua kegiatan yang dapat mencemari ekosistem laut.
2.        Kegiatan pengendalian dan pengarahan yang meliputi teknik penangkapan biota, eksploitasi sumberdaya pasir dan batu, pengurukan dan pengerukan perairan, penanggulan pantai, pemanfaatan dan penataan ruang kawasan pesisir, konflik, dan pembuangan limbah.
3.        Kegiatan penyuluhan tentang keterbatasan sumberdaya, daya dukung, kepekaan dan kelentingan pesisir, teknik penangkapan, budidaya dan sebagainya yang berwawasan lingkungan laut kepada pemuka masyarakat.
4.        Melakukan kegiatan konservasi yang meliputi konservasi pada kawasan ekosistem laut (karang, mangrove, lagun, dan rumput laut), biota, kualitas perairan dan sebagainya.Melakukan kegiatan berupa penerapan dalam kehidupan masyarakat berupa penerapan peraturan-peraturan dan sanksi hukum yang terkait dengan pencemaran lingkungan laut (Agus2, 2013).
Upaya penangulangan pencemaran laut dituangkan dalam peraturan perundang-udangan yaitu : pengendalian pencemaran kerusakan laut
Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran dan /atau kerusakan laut. KepMen LH No. 24 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Û      Kepmen LH No. 45/MENLH/11/1996 tentang Program Pantai Lestari.
Û      KepMen LH No. 04 Tahun 2001 tentang Kriteria Baku Mutu Kerusakan Terumbu Karang.
Û      Kepka Bapedal No. 47 Tahun 2001 tentang pedoman pengukuran kondisi terumbu karang. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 dalam Mukhtasor 2007.

III. METODE PENELITIAN 

3.1.       Waktu dan Lokasi
Peraktik lapang ini dilaksanakan  pada tanggal 1 - 4 Desember 2015 di Desa Sungai Dua Laut kecamatan Sungai Loban Kabupaten Tanah Bumbu. Analisis kualitas air dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di Laboratorium kualitas air Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Gambar 5. Peta Lokasi Praktik Lapang Di Desa Sungai Dua Laut.
3.1.       Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan sebagai berikut :
Tabel 6.  Alat – alat peraktik
No.
Nama Alat
Kegunaan
1
Perahu
Alat transportasi selama pengambilan sampel
2
Handrefractometer
Untuk mengetahui salinitas air
3
DO meter
Mengukur DO perairan
4
GPS
untuk mengetahui posisi di muka bumi
5
Water Quality Checker
Mengukur kualitas air
6
Sechi Disk
Mengukur Kecerahan perairan
7
Planktonnet
Mengambil sampel plankton
8
Botol Sampel
Menyimpan sampel air
9
Layang-layang Arus
Mengukur arus
10
Termometer
Mengukur suhu perairan
11
Grab sampler
Mengambil substrat perairan



3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah :
Tabel 7.   Bahan kimia
No.
Nama Bahan
Kegunaan
1
Bahan Pengawet
Untuk mengawetkan sampel agar  tidak rusak
2
Tissue
Membersihkan tempat botol sampel
3
Aquades
Untuk mengkalibrasi alat
4
H2SO46N
Sebagai campuran dalam titrasi
5
KMNO4
Sebagai campuran dalam titrasi
6
Oksalat
Sebagai campuran dalam titrasi
7
Regen
Sebagai campuran dalam titrasi

3.2.  Metode Pengambilan Data
3.2.1. Parameter Fisik
Metode pengambilan data untuk parameter fisika yaitu sebagai berikut:
Tentukan lokasi pengambilan sampel berdasarkan karakteristik wilayah dan catat posisi sampel dengan GPS.
-    Untuk arus menggunakan layang-layang arus, dengan memberi jarak sampai lima meter, dan tunggu beberapa menit sampe tali tersebut membentang.
-    Untuk pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan thermometer batang dengan cara mencelupkan termometer batang tersebut kedalam air selama beberapa menit/detik.
-    Kecerahan dengan menggunakan sechi disk dengan cara memasukkan kedalam kolom perairan, amati berapa jarak batas sampai alat tidak terlihat lagi.
-    Kekeruhan/turbidity menggunakan water quality checker.
Ø  Analisis Pasang Surut
Prosedur Kerja
Dalam pengambilan data pasang surut di lakukan beberapa hal yakni :
·           Menempatkan (pemasangan) rambu pasut pada tempat yang aman, mudah dibaca dan tidak bergerak-gerak akibat arus atau gelombang. Pemasangan nol rambu terletak di bawah permukaan laut pada saat air rendah saat surut besar dan bacaan skala masih terbaca pada saat terjadi air tinggi saat pasang besar.
·           Metode pengamatannya dilakukan dengan pembacaan secara langsung dan dicatat secara kontinyu setiap 30 menit selama 3 x 24 jam.
Ø  Analisis Arus
Prosedur Kerja
Kecepatan arus diukur dengan menggunakan drague drifter pada daerah gelombang pecah, dengan terlebih dahulu menentukan arah arus dengan menggunakan kompas, yakni menentukan posisi titik awal drague drifter ketika dilepas sampai jarak terakhirnya.
Analisis Data
Untuk menghitung kecepatan arus dengan menggunakan persamaan :
                                 
Dimana;
                        v = Kecepatan arus (meter/detik)
                        s = Jarak (meter)
                        t = Waktu tempuh (detik)

3.1.1. Parameter Kimia
Untuk metode pengambilan data parameter kimia yaitu sebagai berikut:
-    Pengukuran salinitas di permukaan dilakukan dengan handrefractometer. Sebelum melakukan pembacaan terlebih dahulu alat tersebut dikalibrasi dengan aquades.
Gambar 11. Alat ukur salinitas (hadrefractometer), http://alatlaboratorium.co.id
-    Untuk pH dan DO menggunakan water quality checker.
Gambar 12. Alat ukur pH dan DO (waterquality checker), http://www.alatlabor.com
-    Mengambil sampel air dan masukkan ke dalam botol sampel selanjutnya akan dianalisis di laboratorium.
Ø  Analisa BOD dan BOD5      
-          Aquades diaerasi terlebih dahulu selama 15 menit.
-          Menyiapkan dua buah botol, satu botol terang dan satu botol gelap.  Kemudian mengisi keduanya dengan air sampel masing-masing sebanyak 75 ml.
-          Setelah itu, menambahkan keduanya dengan aquades yang telah diaerasi sampai penuh.
-          Botol gelap dimasukkan ke dalam alat inkubator selama 5 hari dan selanjutnya akan dilakukan hal yang sama seperti air sampel dalam botol terang.
-          Pada botol terang dimasukkan R1 dan R2 masing-masing sebanyak 2 ml.  Mengocoknya dan membiarkannya sampai terjadi endapan.  Setelah itu memasukkannya ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml.  Agar pencampuran dapat merata, masukkan satu buah kapsul pengaduk ke dalamnya.
-          Kemudian menambahkan R5 secara perlahan sampai larutan berubah bening dan mencatat jumlah R5 yang diperlukan.
Analisis data kualitas air adalah sebagai berikut :
Ø  Analisa terhadap kandungan BOD dan BOD5
3.1.1.Paremeter Biologi
Untuk metode pengambilan parameter biologi yaitu sebagai berikut:
Ø  Analisis Plankton
-          Sampel air di ambil lalu disaring ke palanktonet dan dimasukan ke botol sampel selanjutnya di analisis di laboratorium.
-          Perhitungan Kelimpahan Plankton
N = n x Oi/Op x Vr/Vo x 1/Vs x 1/P
Keterangan:
N
=
kelimpahan plankton (individu/liter)
N
=
Jumlah plankton yang tercacah ( individu)
Vr
=
Volume botol sampel plankton hasil saringan (ml)
Vs
=
Jumlah air yang disaring oleh jaring plankton (l)
Oi
=
Luas gelas penutup (mm2)
Op
=
Luas lapangan pandang (mm2)
Vo
=
Volume 1 tetes air contoh (ml)
P
=
Jumlah lapangan pandang

Ø  Analisis Benthos
1.        Komposisi jenis
      Untuk menentukan komposisi jenis dilakukan dengan menghitung persentase dari setiap jenis yang didapatkan pada setiap stasiun yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
P = (ni / N ) 100%
Dimana : P  =   Persentase setiap jenis
                        ni =   Jumlah individu spesies i
            N         =          Jumlah individu seluruh spesies
1.       Indeks Dominansi
      Menurut Simpson indeks dominansi dihitung dengan menggunakan rumus :
C = å ( ni / N)2
Dimana :  C  =   Indeks Dominansi Simpson
                        ni  =   Jumlah individu tiap spesies
                        N  =   Jumlah individu seluruh spesies
2.       Indeks Keanekaragaman
H’ = - å (ni / N) ln (ni / N)
Dimana : H’ =   Indeks Keanekaragaman
                        ni =   Jumlah individu setiap spesies
            N         =          Jumlah individu seluruh spesies

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.   Kondisi Umum Wilayah Studi
Kodisi perairan di sekitar pesisir pantai Sungai Dua Laut membentuk garis pantai landai berpasir yang berhadapan dengan tebing tanah yang sering terjadi abrasi dari hujan yang deras yang mengakibatkan tebing tersebut terkikis sehingga air hujan tersebut mengalir membawa partikel-partikelnya kelaut dan sebagian kemuara sungai yang kemudian akan dibawa oleh arus dan gelombang ke depan sekitar muara sungai yang menyebabkan terbentuknya daratan pasir, Kondisi oseanografi sangat berpengaruh terhadap sedimentasi ialah arus dan gelombang dan ditambah curah hujan yang sangat tinggi. Perairan Sungai Dua Laut berhadapan langsung oleh laut jawa. Sungai Dua Laut kaya akan ekosistem dan biotanya dan perairannya masih tergolong alami belum banyak tercemar. Di sekitar delta dekat muara daratan berpasir awalnya luas karena jarangnya mangrove sehingga menyebabkan erosi terus menerus. Ketika air pasang tertinggi disertai curah hujan yang tinggi menyebabkan meluapnya air sungai kedaratan sehingga menutupi jalan yang diantara vegetasi mangrove dan nipah.

4.2.   Analisis Faktor Lingkungan Studi
Berdasarkan hasil analisis data di perairan Desa Sungai Dua Laut didapat nilai parameter fisik, kimia dan biologi yang tertera dalam tabel berikut :
Tabel 8. Hasil Analisis Kualitas Air Dan Perbadingan Berdasarkan Baku Mutu.
N0
Parameter
Hasil Analisis
Baku Mutu
Wisata Bahari
Biota

Fisik

1
Kecerahan
1 –  4,2 m
> 6 m
Coral: >5
Mangrove : -
Lamun: >3
2
Suhu
28 – 33,6 ̊C
Alami-3(0c)
Alami-3(0c)
3
Kekeruhan
6 – 42 NTU
-
<5NTU
4
Kedalaman
0 - 5
-
-

Kimia

1
pH
6,2 – 8,9
7-8,5
7,85
2
Salinitas

20,5 – 34 ppm
Alami3 (%0)
Alami3(%0)
coral : 33-34
mangrove: s/d34
lamun: 33-34
3
DO
6,1 – 7,9 mg/l
> 5 mg/l
> 5 mg/l
4
BOD5
6,98 – 7,4 mg/l
10 mg/l
20 mg/l
5
COD
2,8 – 3,95 mg/l
-
-
6
Besi (Fe)
0,1-0,8
-
-
7
Fosfat
0,2-0,5 mg/1
-
2 mg/1
8
Mangan (Mn)
0,19µg/l- 0,49 µg/l
-
-
9

TSS

280-780 mg/L
-
Coral dan lamun: <20, mangrove: <80

Biologi

1
Plankton
2,25 mg/l
-
Tidak bloom6
2
Bentos
0,940
-
-
 4.1.      Analisis Pengaruh Pencemaran Terhadap Biota dan Kualitas Perairan
Perairan Sungai Dua Laut sangat rentan terhadap adanya pengaruh erosi dan sedimentasi, dan itu sangat berpengaruh terhadap perairan dan biota disekitarnya yang berasosiasi, dan saat praktik lapang juga mengukur kualitas perairannya baik insitu maupun eksitu di setiap setasiun disekitar perairan Sungai Dua Laut, pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran parameter fisik seperti : Pasang surut, Arus, Suhu, Kedalaman, Kecerahan, dan Kekeruhan. Sedangkan untuk parameter kimianya seperti : PH, Salinitas, DO, BOD5, COD, Besi(Fe), Fosfat, Mangan (Mn), dan TSS. Sedangkan untuk parameter Biologinya seperti : plankton dan Bentos. Berikut adalah hasil pembahasan parameter fisik,kimia, dan biologi diperairan Sungai Dua Laut yang telah di analisis sebagai berikut.

4.1.1.   Parameter Fisik
Ø  Pasang surut
            Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air  laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik  menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.Pengukuran di lakukan pada pukul 20:00 dengan ketinggian muka air sebesar 273 cm dan berakhir pada pukul 08:00 dengan ketinggian 198 cm selama 61 jam. Dari grafik di atas dapat diketahui pasang tertinggi terjadi pada hari pertama pengukuran pada pukul 20:00 sebesar 273 cm dan surut terendah pada hari kedua pukul 14.00 dan hari ke tiga prektek pukul 16:00 dengan ketinggian 165 cm.
Ø Arus
Pesisir pantai Sungai Dua Laut membentuk garis pantai yang berteluk-teluk dan landai, Kondisi oseanografi sangat berpengaruh terhadap sedimentasi ialah arus dan gelombang. Adapun hasil pengukuran arus di perairan Sungai Dua Laut ialah sebagai berikut :
Gambar 14. Pola Arus diperairan Sungai Dua Laut
Hasil Pengukuran arah dan kecepatan arus dilapangan dilakukan pada satu stasiun yaitu di daerah dermaga, hal ini di lakukan untuk mengetahui bagaimana arah dan kecepatan arus di dekat pantai, dikemukakan oleh Rahim (1998), bahwa arus merupakan penyebab timbulnya sirkulasi air baik dalam bentuk penyebaran (diffusion) maupun arus vertikal, sehingga terjadi proses percampuran partikel-partikel dalam air, dengan adanya arus laut serta proses difusi, maka faktor pencemar dapat menyebar secara horisontal seiring dengan perjalanan waktu. Proses masuknya bahan pencemar ke dalam perairan laut dan kemudian dialirkan melalui tingkat-tingkat tropik yang terdapat pada lingkungan tersebut dipicu melalui adukan/turbulensi oleh arus laut tersebut.
Suhu
Hasil pengukuran suhu menunjukkan bahwa suhu di perairan Sungai Dua Laut berada di kisaran 28 – 33,6 °C. Hal tersebut dipengaruhi oleh letak geografis Desa Sungai Dua Laut yang berada pada garis khatulistiwa sehingga intensitas penyinaran  matahari cukup tinggi yang menyebabkan tingginya proses evaporasi di perairan tersebut. Suhu pada perairan lokasi praktik tidak cukup baik untuk menopang kehidupan organisme perairan karena  melebihi bakumutu yang dipersyaratkan menurut Permen LH, Yaitu sebesar 28-32 0C. Berdasarkan peta sebaran suhunya dapat di ketahui bahwa suhu yang lebih rendah terletak di peraiaran yang dekat dengan daratan dan semakin menjauh ke arah laut, suhu pun semakin meningkat. Pada perairan dekat pantai suhuya berkisar 28 oC, sedangkan kearah tengah laut berkisar 33,6 oC.
            Suhu perairan dekat pantai mencapai 28 oC, itu kemungkinan disebabkan oleh aktifitas manusia. Suhu perairan berkaitan erat dengan tingkat kecerahan suatu perairan, Apabila kecerahan di suatu perairan dikatakan rendah otomatis suhu di perairan tersebut juga rendah karena penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan kemungkinan terhalang oleh partikel-pertikel sedimen yang berada di kolom air. Sehingga semikin rendah tingkat kecerahan suatu perairan, maka semakin rendah juga suhu di perairan tersebut, dapat dilihat pada gambar 7 sebaran suhu berikut.
Peta sebaran Suhu Diperairan Sungai Dua Laut

Kecerahan
Hasil pengukuran di Desa Sungai Dua Laut didapat data kecerahan berkisar antara 1 m – 4,2 m, tingkat kecerahan terendah pada perairan tersebut terletak pada daerah 
deakat pantai yaitu 1 m, sedangkan kecerahan yang sangat tinggi  yaitu terletak di tengah laut yang mencapai 4,2 m. Tingkat kecerahan di tepi pantai itu dipengaruhi oleh proses pengadukan oleh gelombang di wilayah perairan tersebut sehingga kecerahanya hanya mencapai 1 m, bentuk dasar perairan yang landai serta TSS yang berasal dari sungai juga berpengaruh terhadap tingkat kecerahan. Nilai kecerahan perairan Desa Sungai Dua Laut dikategorikan sedang untuk tingkat biotanya dan kategori buruk pada ekosistem lamun dan karangnya, jika mengacu dengan nilai baku mutu yang telah di tetapkan dalam KEPMENLH No. 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut dimana nilai kecerahan suatu perairan adalah  >3 m untuk biota dan >6 m untuk karang dan Lamun. Berdasarkan peta sebaran kecerahan dapat dilihat bahwa kecerahan di dekat daratan lebih rendah dan nilainya semakin meningkat  jika semakin kearah laut, dapat dilihat pada gambar 8 berikut.
Peta sebaran Kecerahan Di Perairan Sungai Dua Laut.
Ø Kekeruhan
Hasil pengukuran di Desa Sungai Dua Laut didapat data kekeruhan berkisar antara 6 – 42 NTU, tingkat kekeruhan terendah pada perairan tersebut terletak pada daerah deakat pantai yaitu 6 NTU, sedangkan kekeruhan yang sangat tinggi  yaitu terletak di tengah laut yang mencapai 42 NTU. Baku mutu kadar kekeruhan untuk kualitas air laut untuk biota laut berdasarkan KEPMENLH No. 51 Tahun 2004 adalah < 5 NTU. Kekeruhan perairan ini umumnya disebabkan oleh adanya partikel-partikel suspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan- bahan organik terlarut, bakteri, plankton dan organisme lainnya. Nilai kekeruhan perairan Desa Sungai Dua Laut telah melewati ambang batas baku mutu, jika kita lihat pada gambar dibawah.
        Peta sebaran Kekeruhan Di Perairan Sungai Dua Laut
Ø Kedalaman
Dari hasil pengukuran dilapangan diketahui bahwa kedalaman perairan Sungai Dua Laut berkisar antara 0 – 5 meter. Pada kedalaman 0 - 0,8 meter terletak pada tepi pantai yang dekat daratan, itu disebabkan oleh sedimen yang mengendap pada daerah tersebut, namun pada daerah tengah laut kedalaman mencapai 4-5 meter, penyebabnya adalah sedimen yang berasal dari daratan tidak sampai ketengah laut tapi hanya mengendap pada daerah tepi pantai yang terlihat pada gambar 9. Menurut Ariana (2002) bathmmetri adalah ukuran tinggi rendahnya dasar laut. Perubahan kondisi hidrografi di wilayah perairan laut dan pantai di samping disebabkan oleh fenomena perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut dan proses-proses yang terjadi di wilayah hulu sungai. Terbawanya berbagai material partikel dan kandungan oleh aliran sungai semakin mempercepat proses pendangkalan di perairan pantai.

Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya kedalaman perairan lebih dari 3 m dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya kedalaman perairan lebih dari dasar jaring (Setiawan, 2010)
Peta sebaran Kedalaman Di Perairan Sungai Dua Laut
4.1.1.   Parameter Kimia
4.1.1.1.     Salinitas
Salinitas di perairan lokasi studi berkisar antara 20 ppm – 34 ppm.  Kisaran tersebut menunjukkan bahwa fenomena salinitas yang terdapat di daerah ini cukup tinggi, sebagaimana disajikan pada gambar 9.  Hal tersebut terutama disebabkan oleh kondisi topografi perairan yang dangkal sehingga proses penguapan  air laut sangat mempengaruhi konsentrasi kadar garam. Selain itu kadar salinitas dapat juga disebabkan oleh debit air tawar yang asalnya dari sungai.
Kadar salinitas di terrendah yaitu 20 ppm yang terletak pada tepi pantai, hal ini sebagai pengaruh banyaknya masukkan air sungai yang memiliki salinitas rendah dan, sedangkan di perairan kearah tengah laut salinitas menapai 34 ppm, kadar salinitas rendah umumnya di daerah muara, sedangkan yang jauh dari sungai kadar salinitasnya lebih tinggi. Hal ini sebagai akibat pengaruh masukkan massa air dari Selat Makasar dengan kadar salinitas yang lebih tinggi.
Namun demikian nilai pengukuran salinitas pada perairan studi cukup baik jika mengacu bakumutu yang dipersyaratkan Permen LH untuk wisata bahari dan kehidupan biota yaitu sebesar 33-34 ppm.Nilai salinitas pada perairan Desa Sungai Dua Laut cukup berfluktuasi, tergantung musim dan jarak perairan dengan daratan, pada umumnya pada saat musim barat dengan curah hujan yang tinggi maka salinitas diperairan Sungai Dua Laut akan cukup rendah, sedangkan pada musim timur pada saat curah hujan rendah maka salinitasnya akan naik. Hal ini terlihat pada gambar 9 sebaran salinitas tersebut, dimana semakin jauh dari daratan, salinitasnya semakin tinggi.
Peta sebaran salinitas Di Perairan Sungai Dua Laut
Oksigen Terlarut ( DO )
Kisaran oksigen terlarut (DO) hasil pengukuran di lokasi studi yang berkisar antara 6,3 mg/l sampai dengan 9 mg/l. DO merupakan parameter kimia yang paling peting untuk kehidupan biota laut.  Ketidak stabilan oksigen dalam suatu perairan dapat mengakibatkan kegagalan dalam usaha budidaya (Mayunar dkk, 1995).  Lebih lanjut dijelaskan bahwa apabila oksigen terlarut kurang dari 3 ppm dan berlangsung dalam waktu lama, akan meyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan kurangnya nafsu makan ikan. Oksigen terlarut dalam jumlah yang sangat banyak dapat juga mengakibatkan terjadinya kematian pada ikan, sebab di dalam pembuluh-pembuluh darah terjadi emboli gas yang dapat mengakibatkan tertutupnya pembuluh-pembuluh rambut dalam daun-daun insang ikan. Berdasarkan gambar peta sebarannya terlihat bahwa sebaran DO di perairan Sungai Dua Laut cukup merata baik di daerah dekat sungai maupun di laut sekitar antara 6,1 mg/l  - 7,9mg/l, berarti untuk tingkat biota dan ekosistem memenuhi kategori sangat bagus, yang mana dapat kita lihat pada gambar 10 berikut.
Peta sebaranDO Di Perairan Sungai Dua Laut
4.1.1.1.     Chemical Oxygen Demand (COD)
COD ( chemical oxygen demand) merupakan kebutuhan oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air. Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak berbeda dengan manusia dan mahluk hidup lainnya yang ada di darat, yang juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat bertahan hidup. Air yang tidak mengandung oksigen tidak dapat memberikan kehidupan bagi mikro organisme, ikan dan hewan air lainnya. Oksigen yang terlarut di dalam air sangat penting artinya bagi kehidupan.
Oksigen yang dihasilkan tumbuhan laut dari fotosintesis (bantuan sinar matahari) ini akan larut di dalam air. Selain dari itu, oksigen yang ada di udara dapat juga masuk ke dalam air melalui proses difusi yag secara lambat menembus permukaan air. Konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri. Kejenuhan air dapat disebabkan oleh kolorida yang melayang di dalam air oleh jumlah larutan limbah yang terlarut di dalam air. Selain dari itu suhu air juga mempengaruhi konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air. Tekanan udara dapat pula mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air. Tekanan udara dapat pula mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air karena tekanan udara mempengaruhi kecepatan difusi oksigen dari udara ke dalam air. Berdasarkan hasil analisis di laboratorium hasil COD dari pengukuran menunjukkan bahwa di perairan lokasi studi berkisar antara 2,8 – 3,95 mg/l.
Hasil analisis COD dari pengukuran di lokasi studi menunjukkan bahwa kadar COD masih dalam batas yang diinginkan dalam kegiatan budidaya ikan berdasarkan kementerian lingkungan hidup yaitu (< 40 mg/l). Dari data tersebut memperilahatkan bahwa sebaran COD terbesar berasal dari laut dalam, sedangkan di perairan dangkal umumnya lebih kecil sesuai dengan peta sebarannya dimana area yang lebih terang memiliki nilai COD lebih besar dibandingkan area yang gelap. Hal ini berbanding lurus dengan kedalaman di perairan tersebut kita akan lihat pada gambar 11, berikut.

 Sebaran Chemical Oxygen Demand (COD).

4.1.1.2.     BOD dan BOD5
BOD merupakan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air. Jadi nilai BOD tidak menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukan degan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi. Berdasarkan hasil analisis BOD dari pengukuran beberapa stasiun diperairan Sungai Dua Laut berkisar antara 6,98 mg/l sampai 7,4 mg/l, kisaran ini menunjukan bahwa perairan Sungai Dua Laut masih diragukan..
Karena air yang hampir murni mempunyai nilai BOD kira-kira 1 ppm, dan air yang mempunyai nilai BOD 3 ppm masih dianggap cukup murni, tetapi jika nilai BOD mencapai 5 atau lebih kemungkinan air diragukan. Berikut ini data hasil analisis BOD dan BOD5 yang di lakukan di laboratorium kualitas air Fakultas Perikanan dan Kelautan Unlam yang ditampilkan pada gambar  12.


 Sebaran BOD5 Di Perairan Sungai Dua Laut. 
4.1.1.3.     Derajat Keasaman (pH)
Nilai derajat keasaman (pH) diperairan Sungai Dua Laut berkisar antara 6,2 – 8,9. Sebagaimana di sajikan dalam gambar 13. Indikasi tersebut menunjukan bahwa ph air laut cukup tidak normal, karena dengan nilai keasaman yang besar. pH air laut yang normal adalah 7 sampai dengan 9. Tinggi rendahnya pH suatu perairan sangat dipengaruhi oleh kadar CO2 yang terlaut dalam perairan tersebut. Aktivitas fotosintesa merupakan peroses yang sangat menentukan kadar  CO2  yang terkandung dalam suatu perairan.
Sehubungan dengan gambaran tersebut maka dapat diduga bahwa perairan Sungai Dua Laut kurang baik oleh produkvitas oksigen yang tidak memadai. Suhu air, buangan industri dan limbah rumah tangga merupakan faktor lain yang dapat menyebabkan ph suatu perairan berbeda.

 Sebaran pH Di Perairan Sungai Dua Laut.
4.1.1.4.     Besi  (Fe)
Pengukuran parameter logam berat yaitu logam Fe (Gambar 13). Besi termasuk logam essensial yang mana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Konsentrasi besi dalam air permukaan Laut Sungai Dua Laut berkisar antara 0,1-0,8 mg/L. Konsentrasi Fe maksimum diperoleh pada tepi pantai berkisar (0,1 mg/L), kandungan Fe relatif tinggi berikutnya dijumpai di perairan deket kandang haur berkisar (0,8 mg/L). Relatif tingginya kadar Fe di sekitar perairan Sungai Dua Laut, diduga dikarenakan oleh pengaruh kegiatan anthropogenik yang bermukim di pulau sekitar perairan stasiun sampling tersebut, seperti perkaratan kapal/perahu yang melalui perairan ini, mudah berkaratnya tiang pancang pelabuhan. Padatnya arus pelayaran kapal tongkang batu bara dapat juga mempengaruhi tingginya Fe di permukaan perairan.

 Sebaran Besi (Fe) Di Perairan Sungai Dua Laut.   

4.1.1.5.     Fosfat
Hasil pengukuran fosfat pada lokasi praktik didapatkan nilai kisaran sebesar 0,2 mg/l – 0,5 mg/l, Fosfat yang terdapat dalam air laut umumnya bersal dari hasil dekomposisi organisme yang sudah mati. Fosfat merupakan salah satu senyawa nutrient yang sangat penting. Dalam air laut, kadar rata-rata fosfat adalah sekitar 2 mg/l (Koreleff, 1976). untuk fosfat nya masuk ketegori  sangat buruk karena tidak memenuhi setandar baku mutu air laut, untuk parameter fosfat dapat kita lihat pada gambar 13 berikut.
Sebaran Fosfat Di Perairan Sungai Dua Laut.
4.1.1.6.     Mangan

Mangan (Mn) adalah logam berwarna abu – abu keperakan yang merupakan unsur pertama logam golongan VIIB, dengan berat atom 54.94 g.mol-1, nomor atom 25, berat jenis 7.43g.cm-3, dan mempunyai valensi 2, 4, dan 7 (selain 1, 3, 5, dan 6). Mangan digunakan dalam campuran baja, industri pigmen, las, pupuk, pestisida, keramik, elektronik, dan alloy (campuran beberapa logam dan bukan logam, terutama karbon),industri baterai, cat, dan zat tambahan pada makanan. Kandungan Mn di perairan Sungai Dua Laut berkisar antara 0,19 µg/l dan 0,49 µg/l, untuk Mn terendah di tepi pantai yaitu berkisar 0,19 µg/l. Kandungan tertinggi  Mn di tengah laut berkisar 0,49 . Diduga karena adanya masukan limbah pemukiman disepanjang aliran sungai, masukan air bekas galian Batu Bara yang larut keperairan Sungai Dua Laut . terutama pada saat hujan, parameternya bisa kita lihat pada gambar berikut.
 Sebaran Mangan (Mn) Di Perairan Sungai Dua Laut.
4.1.1.7.     TSS
  TSS adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya. Kandungan TSS memiliki hubungan yang erat dengan kecerahan perairan. Keberadaan padatan tersuspensi tersebut akan menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke perairan sehingga hubungan antara TSS dan kecerahan akan menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik. TSS umumnya semakin rendah ke arah laut. Hal ini disebabkan padatan tersuspensi tersebut di supply oleh daratan melalui aliran sungai. Rata-rata nilai TSS di Perairan Sungai Dua Laut dari yang terkecil hinga terbesar  adalah berkisar antara 280-780 mg/L, nilai ini menunjukkan keadaan air untuk parameter TSS dalam kondisi buruk. Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut, diperoleh nilai baku mutu TSS untuk kehidupan coral dan lamun < 20 mg/L, sedangkan untuk mangrove < 80 mg/L. Berdasarkan hasil analisis (TSS) diatas tidak ada yang melebihi nilai baku mutu tersebut. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kondisi TSS di perairan Sungai Dua Laut secara umum masih belum sesuai atau dikategorikan sangat buruk.
Sebaran TSS Di Perairan Sungai Dua Laut.
4.1.  Analisis Pengaruh Pencemaran Terhadap Biota
4.1.1. Plankton
Plankton merupakan organisme renik yang melayang pasif dalam kolom air, tidak dapat melawan pergerakan massa air karena kemampuan renangnya yang sangat lemah. Plankton berukuran mikroskopik antara 0,02 – 200 µm, hidupnya melayang atau  mengapung dan tidak mempunyai kemampuan renang melawan arus, secara umum terbagi atas fitoplankton dan zooplankton.
Tabel. 9. Hasil Perhitungan Kelimpahan, Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman dan Indeks Dominasi Plankton
No.
Parameter
Stasiun
1
2
3
4
1.
Jumlah taksa
13
10
4
10
2
Kelimpahan (Sel/lt)
4337
4740
1109
3832
3
Indeks Keanekaragaman
2,1107
2,2399
0,6355
1,9383
4
Indeks keseragaman
1,2152
1,0280
2,1814
1,1880
5
Indeks Dominasi
0,1606
0,1595
0,0254
0,1147
 Kelimpahan fitoplankton yang berkisar antara 1.109 – 4.740 sel/liter mengindikasikan bahwa tingkat kesuburan diperairan Sungai Dua Laut tergolong sedang, hal ini sesuai dengan pendapat Marguran (1987) bahwa perairan dengan kelimpahan fitoplankton antara 1.000 sel/liter – 40.sel/liter tergolong perairan dengan tingkat kesuburan sedang.
Dari tabel di atas dapat diketahui, indeks keragaman dan indeks keseragaman plankton di perairan Desa Sungai Dua Laut, dengan nilai indeks keragaman tertinggi berada pada stasiun 2 dengan nilai 2,24, dan untuk nilai terendah berada pada stasiun 3 dengan nilai 0,64. Sedangkan untuk nilai keseragaman, dengan nilai tertinggi berada pada stasiun 3, dengan nilai sebesar 2,18 dan nilai terkecil pada stasiun 2 dengan nilai sebesar 1,03. Kedua komponen tersebut saling berkaitan, apabila indeks keragamannya tinggi maka indeks keseragamannya lebih rendah. Begitu juga sebaliknya, apabila indeks keseragamannya tinggi maka indeks keragamannya lebih rendah.
Dapat dilihat pada stasiun 1 indeks keragaman plankton sebesar 2,11 lebih besar dari indeks keseragamannya yaitu sebesar 1,22. Pada stasiun 2 indeks keragamannya sebesar 2,24 dan indeks keseragamannya sebesar 1,03. Pada stasiun 3 indeks keragamannya sebesar 0,64 dan indeks keseragamannya 2,18. Sedangkan untuk stasiun 4 indeks keragamannya sebesar 1,19 dan indeks keseragamannya sebesar 1,19. Menurut Stirn (1981) apabila H’ < 1, maka komunitas biota dinyatakan tidak stabil, apabila H’ berkisar 1-3 maka stabilitas komunitas biota tersebut adalah moderat (sedang) dan apabila H’ > 3 berarti stabilitas komunitas biota berada dalam kondsi prima (stabil). Semakin besar nilai H’ menunjukkan semakin beragamnya kehidupan di perairan tersebut, kondisi ini merupakan tempat hidup yang lebih baik. Sedangkan menurut Lee et al. (1978), klasifikasi tingkat pencemaran berdasarkan nilai indeks keanekaragaman dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 10. Klasifikasi tingkat pencemaran berdasarkan nilai indeks keanekaragaman menurut Lee et al (1978).
Tingkat Pencemaran
Indeks Diversitas (Keanekaragaman)
Belum Tercemar
>2,0
Tercemar Ringan
1,6 – 2,0
Tercemar Sedang
1,0 – 1,5
Tercemar Berat
<1,0
Berdasarkan kedua pernyataan berikut, untuk keadaan tingkat pencemaran berdasarkan indeks keragaman plankton di perairan Sungai Dua Laut dari keempat stasiun tergolong Sedang dan Tercemar ringan.
4.1.1. Bentos
Bentos adalah organisme yang hidupnya cenderung menetap pada dasar perairan, bentos juga digunakan sebagai parameter tingkat pencemaran perairan. Pada perairan Sungai Dua Laut indek dominasi bentos berkisar antara 0,04 – 0,31 pada semua stasiun. Indek dominasi tertinggi berada pada stasiun 1 yaitu 1,26, sedangkan indek dominasi terendah berada pada stasiun 3 yaitu 0,04. Sedangkan indek keragaman bentos berkisar antara 0,53 – 1,26 dan 0,76-0,96, indek keragaman tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 1,26. Sedangkan indek keragaman terendah terdapat pada stasiun0,04 untuk indek keseragaman bentos dari 4 stasiun berkisar antara 0,53 – 1,26. Pada stasiun 3 tingkat keseragamannya hanya 0,04 dan 0,53, yaitu sebagai tingkat keseragaman terendah dari 4 stasiun, sedangkan indek keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 1,26. Dari indek dominasi, keragaman, dan keseragaman.
4.3.   Upaya Penanggulangan Pencemaran di Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara ekosistem daratan dan lautan, yang saling berinteraksi dan membentuk suatu kondisi lingkungan (ekologis) yang unik. Sehingga harus dikelola secara terpadu dan bukan secara terpisah. Wilayah pesisir merupakan kawasan yang paling padat dihuni oleh manusia serta tempat berlangsung berbagai macam kegiatan pembangunan.
Konsentrasi kehidupan manusia dan berbagai kegiatan pembangunan di wilayah tersebut disebabkan oleh tiga alasan ekonomi yang kuat, yaitu bahwa wilayah pesisir merupakan kawasan yang paling produktif di bumi, wilayah pesisir menyediakan kemudahan bagi berbagai kegiatan, dan wilayah pesisir memiliki pesona yang menarik bagi obyek pariwisata. Hal-hal tersebut menyebabkan kawasan pesisir di dunia termasuk Indonesia mengalami tekanan ekologis yang parah dan kompleks sehingga menjadi rusak. Oleh karena itu diperlukan perbaikan yang mendasar di dalam perencanaan dan pengelolaan pembangunan sumberdaya alam pesisir. Pola pembangunan yang hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi perlu diganti dengan pembangunan berkelanjutan. Pendekatan dan praktek pengelolaan pembangunan wilayah pesisir yang selama ini dilaksanakan secara sektoral dan terpilah-pilah, perlu diperbaiki melalui pendekatan pengelolaan secara terpadu.
Pengembangan pembangunan berkelanjutan berarti mengelola pengguna, mengembangkan dan melindungi sumberdaya fisik dan alami atau pada satu tingkatan dimana keberadaan seseorang dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial, ekonomi, kesejahteraan budaya, kesehatan dan keamanan.
Pencemaran yang ada di perairan Sungai Dua Laut juga berasal dari limbah batu bara maka upaya penanggulangan pencemaran yaitu :
Melaui pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif (control/protective), Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga akan  terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan, Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang   berlaku (law enforcement) dan  Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan untuk membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus memotivasi perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut memelihara kelestarian lingkungan.
Adapun beberapa metode penanganan pencemaran tambang batubara yang harus dilakukan, yaitu dengan cara :
ü Penanggulangan Acid Mine Drainage/AMD
ü Pemanfaatan Bakteri Pereduksi Sulfat dalam Penanganan Air Asam Tambang
ü Pemanfaatan Sludge Untuk Memacu Revegetasi Lahan Pasca Tambang Batubara


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka diperoleh beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1.     Sebagian besar sumber bahan pencemar di perairan Sungai Dua Laut berasal dari limbah rumah tangga, pertambangan, pariwisata dan limbah dari darat yang terbawah oleh aliran sungai dan bermuara di laut.
2.    Kondisi perairan Sungai Dua Laut masih dalam kondisi normal dan belum terlalu tercemar. Hal ini dikarenakan dari beberapa parameter yang dianalisis semuanya masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan baik itu parameter fisik,kimia, dan biologinya.
3.    Untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran di wilayah peisir Sungai Dua Laut diperlukan kerja sama antara semua pihak, baik pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat itu sendiri.

5.2.  Saran
Masyarakat perlu diberikan pengarahan agar lebih menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah di sekitar perairan Sungai Dua Laut. Para pelaku usaha yang berada di sekitar lokasi agar turut serta menjaga kondisi perairan dan lebih menjaga limbah-limbah hasil produksi dan tidak membuangnya langsung ke perairan.Dalam praktek  berikutnya agar lebih terlaksana dengan baik sehingga data yang diperoleh lebih baik pula. Sehingga diperlukan kerjasama dalam menganalisis data dan kejelasan pembagian tugas antar praktikan.



DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2013. Jenis-Jenis Pencemaran Lingkungan. http://www.jenis-jenis-pencemaran-lingkungan-laut.html. Diakses tanggal 7 Januari 2015.
Dewi. 2009. Limbah Rumah Tangga Berbahaya Bagi Manusia dan Lingkungan Laut. http://www.limbah-rumah-tangga-berbahaya-bagi-manusia-dan-lingkungan-laut.html. Diakses tanggal 7 Januari 2015.
Fardiaz, S. 1992, Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1995. http://eprints.undip.ac.id/17967/1/SUDARWIN.pdf
MENLH. No 51. Tahun 2004. Bakumutu Air Laut
Magurran AE. 1987. Ecologycal Diversity and Its Measurenment. New Jersey: Princeton University Press.
Misra, emi, 2002. Aplikasi teknologi berbasiskn membran dalam bidang bioteknologi kelautan pengendalian pencemaran. Medan digital library universitas sumatra utara
Miller, 2004. Public Understanding of Science July 2004 vol. 13 no. 3 273-294
Mukhtashor. 2009. Pencemaran Pesisir Dan Laut. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Mukhtasor.2007. Pencemaran Pesisir dan laut, Penerbit PT. Pradnya.
Pramudianto, Bambang, 1999, Sosialisasi PP No.19/1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau
Perusakan Laut, Prosiding Seminar Sehari Teknologi dan Pengelolaan Kualitas Lingkungan Pesisir dan Laut, Bandung: Jurusan Teknologi Lingkungan ITB.