STUDI SEBARAN SEDIMEN DI PERAIRAN
SUNGAI DUA LAUT KABUPATEN TANAH BUMBU KALIMANTAN SELATAN
1.1 Latar
Belakang
Sedimen
atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil dari proses pelapukan
terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian mengalami erosi, tertansportasi oleh
air, angin, dan lain-lain, dan pada akhirnya terendapkan atau tersedimentasikan. Sedangkan batuan
sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik
secara mekanik maupun secara kimia dan organik.
Sedimentasi
adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu
melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut. Sedimentasi yang
terjadi di lingkungan pantai menjadi persoalan bila terjadi di lokasi-lokasi
yang terdapat aktifitas manusia yang membutuhkan kondisi perairan yang dalam
seperti pelabuhan, dan alur-alur pelayaran, atau yang membutuhkan kondisi
perairan yang jernih seperti tempat wisata, ekosistem terumbu karang atau
padang lamun. Untuk daerah-daerah yang tidak terdapat kepentingan seperti itu,
sedimentasi memberikan keuntungan, karena sedimentasi menghasilkan pertambahan
lahan pesisir ke arah laut.
Endapan
sedimen (sedimentary deposit) adalah
tubuh material padat yang terakumulasi di permukaan bumi atau di dekat
permukaan bumi, pada kondisi tekanan dan temperatur yang rendah. Sedimen
umumnya (namun tidak selalu) diendapkan dari fluida dimana material penyusun
sedimen itu sebelumnya berada, baik sebagai larutan maupun sebagai suspensi.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi sedimentasi, diantaranya adalah kecepatan arus sungai, kondisi dasar
sungai, turbulensi dan lainnya. Terjadinya sedimentasi di muara sungai atau
estuaria menyebabkan daerah tersebut akan mengalami pendangkalan atau
memungkinkan berbagai ukuran partikel sedimen pada daerah tersebut akan
mengalami erosi dan terbawa arus. Begitu arus melemah sedimen yang berukuran
agak besar seperti pasir akan mengendap terlebih dahulu, sedangkan sedimen yang
berukuran halus masih akan terbawa arus. Partikel tersebut akan mengendap
ketika arus sudah cukup lemah, yakni di daerah sekitar estuaria, di mana arus
sungai dan air laut bertemu. Laju
sedimentasi dan kecepatan endapan sedimen tergantung dari ukuran partikel.
Kebanyakan sedimen yang terbawa ke daerah estuaria berada dalam bentuk suspensi
dan berukuran kecil. Sedimen yang berukuran besar seperti pasir, dapat
mengendap dalam satu siklus pasang, sedangkan sedimen yang lebih kecil
kecepatan endapannya lambat
(Supriharyono, 2000).
Dalam
mempelajari dinamika-dinamika yang terjadi khususnya mengenai kondisi geologi
laut. Maka ilmu yang mempelajari tentang sedimen muthlak dipelajari. Penguasaan
sedimentologi berguna untuk mengetahui dinamika-dinamika pengendapan yang
terjadi dalam kurun waktu ratusan hingga ribuan tahun dilaut. Sehingga nantinya
informasi yang didapat dari pengkajian sedimentasi disuatu daerah dapat
dimanfaatkan untuk eksplorasi-eksplorasi mineral dibawah laut. Untuk
menganalisis feraksi sedimen maupun faktor-faktor yang mempengaruhi peroses
sedimentasi diwilayah Sungai Dua Laut perlu dilakukan lebih lanjut melalui peraktik lapang.
Peraian
desa Sungai
Dua Laut merupakan perairan
semi terbuka, yang dimana berhadapan lansung dengan laut jawa. Ekosistem
pesisir yang terdapat di pesisir Sungai Dua Laut, yaitu ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang.
Topografi pantai termasuk pantai yang landau berpasir dan
bersebelahan langsung dengan tebing,
yang tersusun oleh material pasir halus dan kasar serta bongkahan
terumbu. Dimana pantai
sangat dipengaruhi oleh faktor oseanografi yaitu seperti gelombang dan pasang
surut
serta arus, yang dapat merubah
struktur bentuk pantai.
1.2. Maksud dan Tujuan Laporan
Adapun
maksud dalam melakukan analisis di laboratorium adalah membandingkan teori
pembelajaran di kelas dengan hasil analis
di lapangan.
Sedangkan
tujuan dalam melakukan analisis di laboratorium ialah :
-
Untuk
mengetahui analisis feraksi dan statistik sedimen
-
Untuk
mengetahui cara analisis transport sedimen
-
Untuk
mengetahui pola transport sedimen
-
Untuk
menggambarkan pola sebaran sedimen
-
Menyusun laporan
1.3.
Ruang Lingkup
1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah
kajian di perairan Desa Sungai Dua Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi
Kalimantan Selatan berada di antara 2°52’ - 3°47’ Lintang Selatan dan 115°15’ -
116°04’ Bujur Timur. Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu Kabupaten di
Provinsi kalimantan Selatan yang terletak di ujung tenggara Pulau Kalimantan.
Berbatasan langsung dengan Laut jawa, dengan luasan daerah sekitar ± 25.422 Ha
dengan presentasi 5.08%.
1.3.2.
Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup
praktek lapang di perairan Desa Sungai Dua Laut adalah meliputi :
-
Oseanografi
meliputi pengukuran gelombang dan arus Transpor
sedimen meliputi pengambilan sampel sedimen pada 37 stasiun menggunakan alat
grab sampler Transpor
sedimen meliputi pengukuran sedimen menggunakan sedimen trap dilakukan di 6
stasiun dalam jangka waktu pemasangan alat sedimen trap selama 4 hari.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sedimen dan Sedimentologi
Pengertian
sedimen menurut Krumbrein dan Sloss (1963) berpendapat bahwa sedimen adalah
material atau pecahan dari batuan, mineral dan material organic yang
ditransportasikan dari berbagai sumber air, darat maupun laut dan didepositkan
oleh udara, angin, es dan air. Sedangkan menurut Pipkin (1977) sedimen adalah
deposit dari material padat di permukaan bumi di berbagai medium (udara, air,
gas) di bawah kondisi normal permukaan. Selain itu ada juga yang dapat
diendapkan dari material yang melayang dalam air (suspensi) atau dalam bentuk
kimia pada suatu tempat (presipitasi kimia).
Sedimentasi
adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air,
angin, es, atau gletser di suatu cekungan.
Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah salah satu contoh hasil
dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai,
sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai
adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin (Adlien,
2011).
Sedimentologi
adalah studi tentang proses-proses pembentukan, transportasi dan pengendapan
material yang terakumulasi sebagai sedimen di dalam lingkungan kontinen dan
laut hingga membentuk batuan sedimen. Atau Sedimentologi adalah ilmu yang
mempelajari sedimen atau endapan (Wadell, 1932 dalam bahan ajar sedimentologi
bu Rina, 2013).
2.2.
Jenis dan Sumber Sedimen
2.2.1.
Jenis – Jenis Sedimen
Sedimen
dapat dibagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan Sedimen Biogenik pelagis
(Widada, 2002)
a. Sedimen
biogenik pelagis
Dengan menggunakan
mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai struktur halus
dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan
zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu,
terjadi suatu bentuk ‘hujan’ sisa-sisa organisme plankton yang perlahan,
tetapi kontinue di dalam kolam air untuk membentuk lapisan sedimen.
Pembentukan sedimen ini tergantung pada beberapa faktor lokal seperti kimia air
dan kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi,
keberadan mikrofil dalam
sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan kedalaman air dan produktifitas
permukaan laut pada zaman dulu.
b.
Sedimen Terigen Pelagis
Hampir
semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang
berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan
pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua
melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut
lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang mengapung, bongkahan es kecil dan
pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak beberapa ratus
kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya.
2.2.2. Sumber Sedimen
Sedimen
yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber yang menurut
Kennet (1992) dibedakan menjadi empat
yaitu :
a. Lithougenus
sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi
daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik,
yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan
jika energi tertransforkan telah melemah.
b. Biogeneuos
sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup
seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami
dekomposisi.
c. Hidreogenous
sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air
laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan
tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah magnetit,
phosphorit dan glaukonit.
Cosmogerous sedimen yaitu
sedimen yang bersal dari berbagai sumber dan masuk ke laut melalui jalur media
udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa, aktifitas
gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa angin. Material yang
bersal dari luar angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir
dan jatuh di laut. Sedimen yang bersal dari letusan gunung berapi dapat
berukuran halus berupa debu volkanin, atau berupa fragmen-fragmen aglomerat.
Sedangkan sedimen yang bersal dari partikel di darat dan terbawa angin banyak
terjadi pada daerah kering dimana proses eolian dominan namun demikian dapat
juga terjadi pada daerah sub tropis saat musim kering dan angin bertiup kuat.
Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan dibandingkan sumber-sumber
yang lain (Anonim 2013).
2.2.3.
Berdasarkan Ukuran Butir
Berdasarkan
ukuran/besar butir, maka sedimen dapat digolongkan/ diklasifikasi seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 1.
Tabel
1. Ukuran besar butir untuk sedimen menurut skala Wentworth
Analisis ukuran butir sedimen sesuai ayakan ASTM (American Society for
Testing and Materials) menggunakan metode sieve net untuk ukuran sedimen
kerikil dan pasir, dan metode pipet untuk ukuran lempung dan lanau (Faturahman
dan Wahyu 1992). Prosedur analisis fisik sedimen di atas dianalisis dengan menggunakan software GRADISTAT versi 11.0
(Blot 2000) dengan keluaran berupa parameter statistik sedimen meliputi ukuran partikel sedimen, sorting,
skewness, kurtosis dan persentase jenis sedimen. Persentase sedimen berdasarkan
Segitiga Shepard dari pengelompokan klasifikasi menurut Skala Wenworth seperti
disajikan pada Gambar 3, yakni percampuran kerikil, pasir dan lumpur.
Gambar 3enis sedimen sesuai skala Wentworth
2.3.
Transport
Sedimen
Transpor sedimen pantai adalah gerakan sedimen di daerah
pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya. Transport
sedimen dapat diklasifikasikan menjadi nginart menuju dan meninggalkan pantai (onshore-offshore transport) dan nginart sepanjang pantai (longshore transport). Transpor menuju
dan meninggalkan pantai mempunyai arah rata-rata tegak lurus garis pantai.
Sedang transpor sepanjang pantai mempunyai arah rata-rata sejajar pantai (Triatmodjo
1999).
Pasir di laut biasa digerakkan oleh arus (yang dibangkitkan
pasut, angin, gelombang atau secara umum terjadi oleh kombinasi antara arus dan
gelombang. Pasir ditransportasikan oleh proses dasar “ entrainment”, transportasi, dan deposisi. Entrainment terjadi sebagai hasil dari tegangan geser yang terjadi
di dasar perairan oleh arus dan gelombang dengan turbulen diffuse yang kemungkinan
mengangkat partikel naik ke dalam kondisi suspense. Transportasi terjadi oleh adanya rolling (partikel menggelinding), sliding (partikel tergelincir) dan hopping (partikel meloncat-loncat) sepanjang dasar perairan sebagai
respon dari tegangan geser yang bekerja dan dasar yang miring dan gaya yang
berat partikel. Transport semacam ini dinamakan transport secara bedload yang
dominan terjadi pada kondisi arus/gelombang lemah atau terjadi pada partikel
yang berukuran besar (Ukkas, dkk 2009).
Gambar 4. Transport sedimen laut
2.4. Budget Sedimen
Pendekatan
model budget yang dikembangkan oleh Gordon dkk. (1996) melalui program Land
Ocean Interaction in the Coastal Zone (LOICZ) digunakan untuk mengetahui budget
nitrogen di muara Ciliwung. Salah satu tujuan LOICZ adalah mempelajari
bagaimana perubahan pemanfaatan lahan, iklim, muka air laut, dan aktivitas
manusia mempengaruhi fluks material yang dihasilkan dari suatu wilayah yang
pada akhirnya melalui sungai dan akan mempengaruhi wilayah pesisir.
Prosedur
umum penyusunan budget berdasarkan pendekatan LOICZ. Kelebihan LOICZ model ini
adalah dengan ketersediaan data kualitas air yang terbatas, model budget dapat
dibangun. Prinsip konservasi massa digunakan dalam prosedur penyusunan budget.
Deskripsi rinci tentang prosedur perhitungan matematik merujuk pada prosedur
Gordon dkk. (1996). Penyusunan budget N di ekosistem muara melalui tahapan
perhitungan neraca massa air (persamaan (4)), neraca salinitas (persamaan (5)),
dan neraca massa N (persamaan (6) dan (7)).
Gambar 5. Konsep perhitungan
budget berdasarkan pendekatan LOICZ (Gordon dkk.,19961. Waktu dan Lokasi
Praktikum Sedimentologi ini dilaksanakan pada
hari Kamis, tanggal 1 s.d 4 Desember 2015. Tempat
Praktikum Sedimentologi ini adalah di Desa Sungai Dua Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Analisis Sedimen
di laksanakan bulan Desember 2015 di Lab Oseanografi Kelautan di Gedung 2 Ilmu
Kelautan.
Gambar 5. Lokasi Peraktik Di Desa Sungai
Dua Laut
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan data sedimen :
- Grabe
Sampler
- Sedimen
Trab
- GPS
- Kapal
- Kantung
Sampel
Alat-alat yang digunakan dalam
kerja dilaboratorium terbagi
atas :
Ø Analisa
sampel sedimen :
- Timbangan
digital untuk menisampel sedimen
- Satu
set saringan (ayakan)
- Oven
yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai sampel sedimen
- Mesin
pengguncang saringan
- Talam-talam
- Kuas,
sikat kuningan, dan sendok
- Silinder
pembagi volume 1000 ml
- Beakers
glass (50 ml)
- Cawan
petri
- Pipet
(20 ml)
3.2.2. Bahan
Sedangkan bahan-bahan
yang digunakan Pada analisis sampel adalah :
- Sampel
sedimen
- Air
- Tissue
- bahan
pereaksi kimia 0,01 N Natrium Oksalat dan
- 0,02
N NaCO3 (Natrium Karbonat).
3.3. Metode Pengambilan Data
3.3.1. Oseanografi
3.3.1.1.
Gelombang
3.3.1.2.
Arus
Kecepatan arus diukur
dengan menggunakan layang-layang arus,
dengan terlebih dahulu menentukan arah arus dengan menggunakan kompas, yakni
menentukan posisi titik awal layang-layang
arus ketika dilepas sampai jarak terakhirnya.
3.3.2.
Sedimen Dasar
Pengambilan contoh
sedimen dasar menggunakan bottom grab
sampler (peterson grab) pada
beberapa stasiun yang posisinya dicatat.
Sampel sedimen yang
diperoleh selanjutnya dianalisis (laboratorium) untuk penentuan besar ukuran
butirnya menggunakan sieve net dan metode pipet serta beberapa analisis parameter
fisik sedimen lainnya.
3.3.3. Transport Sedimen
Pengukuran
transport sedimen menggunakan Sedimen Trap yaitu :
– Menentukan
posisi stasiun pengambilan sampel
– Meletakkan
sedimen trap di dasar perairan pada suatu titik yang telah ditentukan dan mengarahkan
tabung-tabungnya tepat ke keempat arah mata angin.
– Memberi
tanda agar mudah ditemukan ketika ingin mengangkatnya kembali seperti
pelampung.
– Setelah
empat hari, sedimen yang ada di dalam tabung diambil secara perlahan agar tidak
tercecer.
– Memasukkan
masing-masing sampel sedimen tersebut ke dalam kantung sampel yang berbeda dan
memberi tanda berdasarkan arah mata angin.
3.4. Metode Analisis Data
3.4.1. Oseanografi
3.4.1.1.
Gelombang
Ø Analisis
Data
Untuk menghitung tinggi
dan periode gelombang dengan menggunakan metode CERC
3.4.1.2. Arus
Ø Analisis
Data
Untuk
menghitung kecepatan arus dengan menggunakan persamaan :
v = Kecepatan
arus (meter/detik)
s = Jarak (meter)
t =
Waktu tempuh (detik)
3.4.2. Analisis Ukuran butir
Analisis data sedimen dengan metode megaskopis adalah
dengan mengidentifikasi secara umum jenis sampel sedimen yang diperoleh dari
lokasi penyelidikan.
Ø Metode
Ayakan Kering
Prosedur kerja metode ini
adalah sebagai berikut :
1. Sampel
sedimen yang diperoleh di lapangan dikumpulkan sesuai dengan lokasi
masing-masing sampel, kemudian dicuci dengan air tawar setelah itu di masukkan
ke dalam beakers glass,
2. Sampel
sedimen dimasukkan ke dalam oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu sehingga
sampel sedimen betul-betul kering,
3. Sedimen
kering tersebut diambil dan kemudian ditimbang untuk dianalisa seberat 50 gr
sampai 100 gr sebagai berat awal,
4. Sampel
dimasukkan ke dalam ayakan untuk diguncang melalui mesin pengguncang saringan,
sehingga didapatkan pemisahan ukuran masing-masing partikel sedimen berdasarkan
ukuran ayakan,
5. Hasilnya
kembali ditimbang untuk mendapatkan
berapa gram hasil masing-masing tiap ukuran ayakan.
Untuk penghitungan data
ukuran butir sedimen menggunakan software gradistart ialah dengan menggunakan
persemaan sebagai berikut
Tabel 2.
Arithmetic Method of Moments
Mean
|
Standard Deviation
|
Skewness
|
Kurtosis
|
Tabel
3. Geometric Method of Moments
Mean
|
Standard Deviation
|
Skewness
|
Kurtosis
|
Tabel
4. Logarithmic Method of Moments
Mean
|
Standard Deviation
|
Skewness
|
Kurtosis
|
Tabel
5. Logarithmic (Original) Folk and Ward
(1957) Graphical Measures
Mean
|
Standard Deviation
|
Skewness
|
Kurtosis
|
Tabel
6. Geometric Folk and Ward (1957)
Graphical Measures
Mean
|
Standard Deviation
|
Skewness
|
Kurtosis
|
Tabel 7.
Klasifikasi ukuran butiran berdasarkan Arithmetic Method of Moments dan Geometric Method of Moments
Sorting (sg)
|
Skewness (Skg)
|
Kurtosis (Kg)
|
|||
Very
well sorted
Well
sorted
Moderately
well sorted
Moderately
sorted
Poorly
sorted
Very
poorly sorted
Extremely
poorly sorted
|
< 1.27
1.27 – 1.41
1.41 – 1.62
1.62 – 2.00
2.00 – 4.00
4.00 – 16.00
> 16.00
|
Very fine skewed
Fine skewed
Symmetrical
Coarse skewed
Very coarse skewed
|
< -1.30
-1.30 – -0.43
-0.43 – +0.43
+0.43 – +1.30
> +1.30
|
Very
platykurtic
Platykurtic
Mesokurtic
Leptokurtic
Very
leptokurtic
|
< 1.70
1.70 – 2.55
2.55 – 3.70
3.70 – 7.40
> 7.40
|
3.4.3. Transport Sedimen
Menurut
Grant (1943) dalam U.S. Army Corps of Engineers (2003) angkutan sedimen
di pantai merupakan hasil kombinasi dari angkutan sedimen akibat gelombang dan
angkutan sedimen akibat arus. Dalam penelitian ini, perhitungan angkutan
sedimen yang digunakan adalah angkutan sedimen akibat gelombang dan angkutan
sedimen akibat arus. Besar angkutan sedimen akibat gelombang dapat dihitung
melalui persamaan :
Dimana:
rs = Massa
jenis sedimen
r = Massa jenis air laut
gb = Indeks
gelombang pecah
n = Porositas sedimen
ab = Sudut gelombang
pecah
Dari hasil pengukuran
volume masing-masing stasiun sedimen trab, maka dihitung volume transport
sedimennya, dengan menggunakan persamaan berikut :
ket
:
Qx = volume transport
sedimen sejajar pantai
Qy = volume transport
sedimen egak lurus pantai
Vu = volum utara sedimen
trab
Vs = volum selatan
sedimen trab
Vt = volum timur sedimen
trab
Vb = Volum barat sedimen trab
Untuk arah transpor sedimen menggunakan
persamaan berikut :
Sedangkan untuk menghitung resultan
transpor sedimen menggunakan persamaan :
r
=
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Kondisi
Oseanografi
Sungai Dua Laut memiliki pantai dengan garis pantai yang relatif lurus dan landai, Kondisi oseanografi
sangat berpengaruh terhadap sedimentasi ialah arus dan gelombang.
Arus
laut (sea current) adalah gerakan air laut dari satu tempat ketempat yang lain,
baik secara pertikal maupun horizontal. Arus merupakan faktor oseanografi yang
cukup berperan penting dalam membawa bahan paritkek sedimen, bahan terlarut dan
tersuspensi, yang dapat menimbulkan pendakalan sebuah perairan.
Adapun hasil pengukuran arus di perairan Sungai Dua Laut ialah sebagai berikut
:
Gambar 1.
Pola
Arus pada perairan Sungai Dua Laut
Hasil Pengukuran arah dan kecepatan arus dilapangan dilakukan pada satu
stasiun yaitu di daerah jembatan, hal ini di lakukan untuk mengetahui bagaimana
arah dan kecepatan arus di dekat pantai.
|
Pengaruh arus terhadap sedimen ialah
arus membawa sedimen menuju kearah pantai dan meninggalkan pantai dengan
dipengaruhi oleh gelombang. Arus yang terjadi di perairan Sungai
Dua Laut juga dipengaruhi oleh topografi pantai yang landai dan mengarah ke
laut sehingga kecepatan gelombang tinggi pada musim-musim tertentu dan membuat
kecepatan arus juga relative tinggi sehingga sedimen yang dari dasar perairan
akan terangkut oleh arus dan terbawa ke pantai.
4.2. Ukuran
dan Sebaran Butir Sedimen
Dari hasil analisis ukuran butir sedimen dengan mengunakan software
Gradistat didapatkan nilai rata-rata (Mean) ukuran butir sedimen pada pantai Sungai
Dua Laut.
Komposisi
sedimen pada pantai Sungai Dua Laut pada stasiun 1 bertipe Trimodal dengan ukuran D50 yaitu 139,1 µm dan D90
yaitu 179,3 µm dengan jenis butiran kerikil 0,2% dan pasir 99,8% dan termasuk
dalam kisaran pasir agak halus
(Medium
sand).
Sedangkan pada stasiun 2 dan 8 memiliki tipe Trimodal dengan D50 yaitu 163,8 – 548,0 µm dan D90
yaitu 335,6 – 1143,8 µm dengan jenis sedimen kerikil 4,9% dan pasir 95,1 - 100%,
untuk stasiun 3 dan 7 memiliki tipe sedimen Polymodal
ukuran D50 yaitu 155,8 -176,6 µm dan D90 yaitu 528,5 - 2058,9
µm dan memiliki jenis sedimen kerikil 0,4 - 10,9% dan pasir 89,1 – 99,6%,
kemudian untuk stasiun 4 dan 5 memiliki jenis sedimen kerikil 0,2 – 6,6% dan
pasir 99,8 – 93,4% dengan D50 yaitu 133,8 – 147,2 µm dan D90
yaitu 173,0 -1149,0 µm termasuk dalam
kisaran Bimodal. Distribusi sedimen pada stasiun 6 memiliki tipe sedimen Bimodal dengan
D50 yaitu 151,4 µm dan D90 yaitu 514,7 µm memiliki jenis sedimen kerikil 3,5% dan pasir
96,5%.
Pada stasiun 9 dan 10
memiliki tipe Polymodal ukuran D50
yaitu 572,0 -656,8 µm dan D90 yaitu 1318,7 – 2281,5 µm dan
memiliki jenis sedimen kerikil 4,8 - 16,4% dan pasir 83,6 – 95,2,6%, sedangkan
stasiun 11 dan 12 bertipe Polymodal
juga dengan ukuran D50 yaitu 625,7 - 656,7 µm dan D90
yaitu 2268,0 - 2304,3 µm dan memiliki jenis sedimen kerikil 16,0 - 17,3% dan
pasir 82,76 – 84,0%, untuk stasiun 13 dan 14 memiliki jenis sedimen kerikil
16,0 - 19,3% dan pasir 80,7 – 84,0% dengan D50 yaitu670,6 - 680,4 µm
dan D90 yaitu 2268,3 2352,4 µm dan bertipe Polymodal.
Kondisi butiran pilih sedimen (sortasi) diperairan Sungai Dua Laut didominasi oleh Polymodal. yang terdapat pada stasiun
3 dan 7 sampai stasiun 14 dan ada juga yang memiliki tipe Trimodal pada stasiun 1, 2
dan 8, sedangkan pada stasiun 4 dan 5 memiliki tipe Bimodal.
Hal ini menunjukan bahwa di perairan Sungai Dua Laut dipengaruhi oleh energi mekanis yang besar,
dimana sedimen dasar terdiri dari pertikel dengan ukuran yang cenderung
seragam,sedangkan ukuran partikel yang lain telah tersingkir oleh energi gerak air.
Klasifikasi ukuran
butiran yang digunakan adalah klasifikasi
dari The Subcommittee on Sediment
Terminology of AGU (American Geophysical
Union). Ukuran butiran ditetapkan berdasarkan ukuran saringan (untuk butiran
kasar) dan ukuran/diameter sedimentasi (untuk butiran halus). Klasifikasi
butiran dilakukan berdasarkan nilai diameter referensi (D50) dari
material dasar.
Berdasarkan nilai (D50) untuk stasiun 2, 5
dan stasiun 6
maka material dasar termasuk pasir agak
halus
(Medium
sand).
Sedangkan pada material di
stasiun 3 dan stasiun 14 termasuk pasir halus (Fine sand). Maka
dapat disimpulkan lokasi studi didominasi material dasar pasir agak halus (Medium sand),
karena energi mekanik seperti arus dan gelombang pada lokasi tersebut relatif sedang. Dari hasil analisis ukuran butir sedimen dengan mengunakan software
Gradistat didapatkan nilai rata-rata (Mean) ukuran butir sedimen pada pantai
Sungai Dua Laut. Komposisi sedimen pada pantai Sungai Dua
Laut termasuk dalam ukuran butir pasir kasar (coarse
sand)
yaitu pada stasiun 1 dan 2 dengan kisaran 561,1 – 745,1 selanjutnya ukuran butir kerikil halus (very
fine gravel) yaitu pada stasiun 10 dengan ukuran 2297,8; ukuran
butir pasir sedang (medium sand) yaitu
pada stasiun 3, 6, 7, dan 9 dengan kisaran 258,7 – 459,7; ukuran butir pasir
halus (fine sand ) yaitu pada stasiun
4, 5, dan 8 dengan kisaran 148,6 – 190,0. Sedangkan pada stasiun 11,12,13,14 dan 15 termasuk dalam kisaran lumpur kasar (coarse
silt) dengan kisaran 15,93 – 16,33.
Distribusi sedimen pada
stasiun 4 dan 5 memiliki
tipe sedimen Bimodal;
pada stasiun 1 dan 8 memiliki tipe Tripomodal;
pada stasiun 2,3,7 dan 9 memiliki tipe Polymodal; sedangkan
pada stasiun 11-15
termasuk kedalam tipe sedimen Unimoda.
Nilai skewness positif menunjukan suatu
populasi sedimen condong berbutir halus, sebaliknya skewness negatif menunjukan populasi sedimen condong berbutir kasar
sehingga skewness dapat digunakan
untuk mengetahui dinamika sedimentasi di suatu perairan (Folk, 1974).
Kondisi butiran pilih sedimen (sortasi) diperairan Sungai Dua Laut didominasi oleh Poorly sorted yang
terdapat pada stasiun 1, 2,
3, 7, 9 dan stasiun 11-15 dengan kisaran nilai 1,055 sampai 1,286. Sedangkan pada stasiun 8 dan 10 dengan kisaran nilai 0,726 sampai 0,906 dengan kondisi pilihan moderately
sorted. Pada
stasiun 6 dengan nilai
0,268 dengan kondisi
pilihan (sortasi)
Very well sorted, sedangkan pada stasiun 4 dan 5 dengan kisaran nilai 0,601 sampai 0,645 dengan kondisi pilihan moderately
well sorted. Jika nilai sortasi diperoleh semakin kecil,
maka sedimen dalam keadaan well sorted atau
kondisi sedimen dalam keadaan sangat tersortir. Hal ini menunjukan bahwa di
perairan Sungai Dua Laut dipengaruhi
oleh energi mekanis yang besar, dimana sedimen dasar terdiri dari pertikel
dengan ukuran yang cenderung seragam,sedangkan ukuran partikel yang lain telah
tersingkir oleh energi gerak air.
Klasifikasi ukuran
butiran yang digunakan adalah klasifikasi
dari The Subcommittee on Sediment
Terminology of AGU (American Geophysical
Union). Ukuran butiran ditetapkan berdasarkan ukuran saringan (untuk butiran
kasar) dan ukuran/diameter sedimentasi (untuk butiran halus). Klasifikasi
butiran dilakukan berdasarkan nilai diameter referensi (D50) dari
material dasar.
Berdasarkan nilai (D50) untuk ukuran butir pasir kasar (coarse sand)
yaitu pada stasiun 1 dan 2 selanjutnya
ukuran butir kerikil halus (very fine gravel) yaitu pada stasiun 10;
ukuran butir pasir sedang (medium sand) yaitu
pada stasiun 3, 6, 7, dan 9. Ukuran butir pasir halus (fine sand ) yaitu pada stasiun 4, 5, dan 8 sedangkan
pada stasiun 11 - 14 dan 15
termasuk dalam kisaran lumpur kasar
(coarse silt). Maka
dapat disimpulkan lokasi studi didominasi material dasar lumpur kasar (coarse
silt),
karena energi mekanik seperti arus dan gelombang pada lokasi tersebut relatif sedang.
4.3. Transpor
Sedimen
Transpor sedimen pantai adalah gerakan sedimen yang
disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya (Triatmodjo 1999).
Transport sedimen pantai dapat diklasifikasikan menjadi transport menyusur
pantai (longsore transport) dan transpor tegak lurus pantai (onshore-offshore
transport).
Perbedaan kecepatan arus berpengaruh terhadap
transpor sedimen, dimana semakin besar arus yang terbentuk maka transpor
sedimennya juga besar, baik berupa bed load (sedimen dasar) maupun suspended
load (sedimen tersuspensi) selain faktor lain seperti karakteristik butir
sedimen dan kemiringan pantai.
Dari hasil perhitungan volume transport sedimen,
terdapat volume transpor sedimen sejajar pantai yang paling tinggi terdapat
pada stasiun 4 dengan laju transpor mencapai 2.500 cm3/jam dengan arah sedimen menuju ke Barat
sedangkan volume transpor terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu sekitar -0.119
cm3/jam dengan arah sedimen menuju ke Timur.
Sedangkan nilai Q total atau resultan tertinggi
terjadi pada stasiun 1 dengan nilai resultan mencapai 19,162, kemudian nilai
resultan terendahnya terdapat pada stasiun 3 yaitu mencapai 0,982. Transpor sedimen menyusur pantai banyak menyebabkan
permasalahan pada daerah pantai, sehingga pemahaman akan hal tersebut sangat
penting diketahui dan kemungkinan permaslahan dalam dampak pemanfaatan pantai
dapat diketahui dan dapat mengurangi dampaknya bagi pantai itu sendiri.
. Gambar 9.volume sedimen trab diperairan Sungai Dua Laut
Tabel 10. Volume Trnasport Sedimen di Perairan
Sungai Dua Laut
|
||||||||||
Berdasarkan bentuk pantai dan arah gelombang yang
terbentuk pada lokasi studi menunjukkan bahwa arah arus dan transpor sedimen
akan bergerak sesuai arah dan sudut gelombang pecah yang terbentuk sebagai
pembangkit. Untuk arah pembangkitan gelombang dari barat menyebabkan arus dan
transpor sedimen bergerak ke arah timur, sedangkan arah utara, timur laut dan
timur menyebabkan arus dan transpor sedimen bergerak ke arah barat.
Analisi arus menunjukkan bahwa arus yang dominan
yang memiliki kecepatan untuk metransport sedimen yaitu arus dari timur, sedangkan pada besar volume
transport sedimen junga dari timur.
Hasil analisis ini dapat dipergunakan untuk
memperkirakan daerah pantai yang mengalami erosi (abrasi) atau akresi
(sedimentasi). Konsep keseimbangan profil pantai menjadi perhatian jika
gaya-gaya di alam yang mempengaruhi keseimbangan pantai berubah berdasarkan
variasi pasut, gelombang, arus dan angin. Keseimbangan profil tersebut
merupakan salah satu konsep yang sangat bermanfaat dalam menyajikan suatu
kerangka kerja dalam studi mengenai ketidakseimbangan dan selanjutnya angkutan
sedimen tegak-lurus maupun sejajar pantai pantai. Selain itu, dapat
dimanfaatkan dalam suatu desain studi yang didasarkan pada profil keseimbangan.
Analisis budget sedimen pantai digunakan untuk mengevaluasi sedimen yang masuk dan keluar dari suatu pantai yang ditinjau. Analisis keseimbangan budget sedimen pantai didasarkan pada hukum kontinuitas atau kekekalan massa sedimen. Besarnya laju transpor sedimen akan berpengaruh terhadap budget sedimen di mana laju transpor sedimen sendiri tergantung pada sudut datang gelombang, durasi dan energi gelombang. Dengan demikian gelombang besar akan mengangkut material lebih banyak tiap satuan waktu daripada yang digerakkan oleh gelombang kecil. Tetapi, jika gelombang kecil terjadi dalam waktu yang lebih lama dari gelombang besar, maka gelombang kecil tersebut dapat mengangkut sedimen lebih banyak daripada gelombang besar. Oleh karena itu, karena arah gelombang selalu berubah maka arah transpor juga berubah dari musim ke musim, hari ke hari atau dari jam ke jam.
Tingkat sedimentasi dan abrasi pada garis pantai sangat bergantung pada sumber sedimen dan transpor sedimen yang disebabkan oleh pola hidrodinamika pantai. Pola hidrodinamika pantai sendiri dipengaruhi oleh bentuk pantai. Hal ini terlihat pada sel C yang menunjukan sedimentasi yang lebih besar dibandingkan sel A, baik berdasarkan pengukuran maupun budget sedimen. Tingkat sedimentasi pada sel ini karena pengaruh arus sejajar pantai yang bergerak ke arah Timur. Sedangkan pada sel B mengalami abrasi yang disebabkan oleh gelombang dan arus balik tegak lurus pantai (Rip current).
Analisis budget sedimen pantai digunakan untuk mengevaluasi sedimen yang masuk dan keluar dari suatu pantai yang ditinjau. Analisis keseimbangan budget sedimen pantai didasarkan pada hukum kontinuitas atau kekekalan massa sedimen. Besarnya laju transpor sedimen akan berpengaruh terhadap budget sedimen di mana laju transpor sedimen sendiri tergantung pada sudut datang gelombang, durasi dan energi gelombang. Dengan demikian gelombang besar akan mengangkut material lebih banyak tiap satuan waktu daripada yang digerakkan oleh gelombang kecil. Tetapi, jika gelombang kecil terjadi dalam waktu yang lebih lama dari gelombang besar, maka gelombang kecil tersebut dapat mengangkut sedimen lebih banyak daripada gelombang besar. Oleh karena itu, karena arah gelombang selalu berubah maka arah transpor juga berubah dari musim ke musim, hari ke hari atau dari jam ke jam.
Tingkat sedimentasi dan abrasi pada garis pantai sangat bergantung pada sumber sedimen dan transpor sedimen yang disebabkan oleh pola hidrodinamika pantai. Pola hidrodinamika pantai sendiri dipengaruhi oleh bentuk pantai. Hal ini terlihat pada sel C yang menunjukan sedimentasi yang lebih besar dibandingkan sel A, baik berdasarkan pengukuran maupun budget sedimen. Tingkat sedimentasi pada sel ini karena pengaruh arus sejajar pantai yang bergerak ke arah Timur. Sedangkan pada sel B mengalami abrasi yang disebabkan oleh gelombang dan arus balik tegak lurus pantai (Rip current).
5.1.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang telah di dapat pada praktek lapang di perairan Sungai Dua Laut
adalah sebagai berikut :
a. Butiran
sedimen pantai Sungai Dua Laut dominan berupa pasir dan kerikil. Yang kebanyakan memiliki tipe polymodal
poorly sorted dengan tekturnya yaitu Slightly
Gravelly sand.
b. Volume transport sedimen yang paling
tinggi terdapat pada garis lurus
dengan pantai dengan laju transpor mencapai 5,952 cm3/jam dengan arah
sedimennya yaitu -18,097
sehingga menuju ke arah
Utara. Dengan memiliki nilai resultannya yaitu mencapai 19,162.
5.2.
Saran
Sebaiknya dalam
Pratik lapang dimanapun tempatnya harus mengutamakan persiapan terlebih dulu agar semuanya bisa
berjalan dengan baik dan juga adanya kerjasama dalam pembagian tugas
REFERENSI :
Anonim. 2013. Gerak
Air Laut. http:// e_books/modul_online/geografi.html
Coastal Hydrolic
Laboratory (CHL). 2006. Coastal Engineering Manual. Washington DC : Departement
of Army. U.S. Army Corp of Engineering.
Folk, R.L., 1974. Petrology of Sedimentary Rocks. 3nd
Edition Hemphill’s Bookstore, Austin.
Krumbein,
W.C. & L.L., Sloss, 1983, Stratigraphy and Sedimentation,
W.H.Freeman and Co., San Fransisco.
Ukkas, M. 2009. Kajian Aspek Bioekologi Vegetasi Mangrove
Alami dan Hasil Rehabilitasi de Kecamatan Keera Kab. Wajo Sulawesi Selatan.
Hibah Penelitian. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Uniersitan Hasanuddin.
Makassar.
U.S. Army. 2003. Engineering and design Coastal
Engineering Manual. Departement of the Army. U. S. Army corps of Engineers.
Washington, DC.
Pipkin,
B.W. 1977. Laboratory Exercise in Oceanography. San Fransisco : W.H.
Freeman and Company.
Sugeng, Widada,
2002, Modul Mata Kuliah. Universitas Diponegoro : Semarang.
Supriharyono. 2000.
Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis.
Triatmojo, B. 1999. Teknik Pantai Edisi Kedua. Beta Offset.
Yogyakarta.
Wibisono,M.S.2011.
Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo.Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar