I. PENDAHULUAN
1.1
.
Latar Belakang
Pencemaran
adalah sebaran penambahan pada udara, air dan tanah atau makanan yang
membahayakan kesehatan, ketahanan atau kegiatan manusia atau organism hidup
lainnya. Pencemaran laut adalah masuknya
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan komponen lain ke dalam
lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak sesuai
lagi dengan baku mutu dan fungsinya.
Lingkungan yang dikatakan tercemar, jika kadar lingkungan tersebut tidak
sesuai lagi dengan peruntukannya, atau keluar dari sifat alaminya. Tingkat pencemaran lingkungan laut yang masih tinggi
ditandai antar lain dengan terjadinya eutrofikasi atau meningkatnya jumlah
nutrisi disebabkan oleh polutan. Nutrisi yang berlebihan tersebut, umumnya berasal
dari limbah industri, limbah domestik seperti deterjen, maupun aktivitas
budidaya pertanian di daerah aliran sungai yang masuk ke laut.
Pencemaran di laut bisa pula
ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan fitoplankton atau algae yang
berlebihan dan cenderung cepat membusuk. Logam berat termasuk bahan berbahaya
dan beracun yang biasanya dihasilkan oleh industri berupa limbah. Logam berat
yang lazim terdapat dalam limbah industri adalah logam timbal (Pb), Dan kadnium (Cd). Walaupun kadar logam dalam
tanah, air, dan udara rendah, namun dapat meningkat apabila manusia menggunakan
produk-produk dan peralatan yang mengandung logam, pabrik-pabrik yang menggunakan
logam, pertambangan logam, dan pemurnian logam.
Indikator dalam melakukan penilaian terhadap lingkungan yang dianggap
tercemar dapat dilakukan dengan beberapa pengukuran
dan analisis. Seperti
pengamatan secara fisik, kimiawi dan bilogis. Dan secara umum diketahui pada
pemeriksaan pencemaran air adalah pH atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen biokimia (Biochemycal oxygen
Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxigen Demand, COD).
Agar laut
dapat bermanfaat secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan, maka
kegiatan pengendalian dan perusakan laut menjadi sangat penting. Pengendalian
pencemaran dan perusakan ini merupakan salah satu bagian dari kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini telah di tuangkan dalam peraturan
pemerintah No. 19 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran dan /atau
kerusakan laut, KepMen LH No. 24 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut, Kepmen
LH No. 45/MENLH/11/1996 tentang Program Pantai Lestari dan masih banyak lagi
peraturan-peraturan yang di bentuk guna menanggulangi pencemaran yang terjadi
di laut.
Perairan Sungai Dua Laut
merupakan salah satu perairan yang rentan terhadap pencemaran karena merupakan
perairan dengan aktifitas cukup tinggi . Ditinjau
dari aktifitas-aktifitas manusia di
sekitar perairan Sungai Dua Laut, kegiatan yang ada di sekitar perairan Sungai
Dua Laut lumayan baik karena belum banyak aktifitas yang terlihat mengganggu
perairan disekitar pantainya. Aktifitas-aktifitas yang ada di perairan Sungai
Dua Laut banyaknya nelayan mencari ikan,udang dan kepiting. Banyak pengepul
kepiting dan ikan yang banyak membuang limbah kerapas dari kepiting dan udang
disekitar pantai sehingga sehingga aroma tak sedappun tercium disekitar pantai
dan jika tidak diperhatikan lama-lama akan menyebabkan pencemaran perairan
disekitar pantainya tersebut. Dilain sisi dapat berpengaruh terhadap biota dan bentos yang berasosiasi
disekitarnya yang menyebabkan biota-biota banyak yang terkena dampaknya
seperti, biota bentosnya baik molusca,gastropoda,crustacea,nekton dan biota
bentos lainya. perairan Sungai Dua Laut sebagai
wilayah penangkapan dapat berpengaruh terhadap kedalaman perairannya. Oleh karena itu dalam praktik lapang kali ini untuk
mengkaji parameter fisik, kimia, dan biologi, karena dari perameter-parameter
tersebut dapat diketahui tingkat pencemarannya.
1.2. Tujuan Laporan
Tujuan dari laporan
ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui
dan menganalisis indikator pencemaran laut diperairan Sungai
Dua Laut.
2.
Mengetahui
faktor-faktor dan sumber-sumber yang mempengaruhi pencemaran laut diperairan
Sungai
Dua Laut.
3.
Upaya
penanggulangan pencemaran diperairan Sungai
Dua Laut
Menyusun
laporan.
1.3.
Ruang
Lingkup
1.3.1.
Ruang
Lingkup Wilayah
Ruang lingkup
wilayah kajian di perairan Desa Sungai Dua Laut, Kabupaten Tanah Bumbu,
Propinsi Kalimantan Selatan berada di antara 2°52’ - 3°47’ Lintang Selatan dan
115°15’ - 116°04’ Bujur Timur. Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu
Kabupaten di Provinsi kalimantan Selatan yang terletak di ujung tenggara Pulau
Kalimantan. Berbatasan langsung dengan Laut jawa, dengan luasan daerah sekitar
± 25.422 Ha dengan presentasi 5.08%.
1.3.2.
Ruang
Lingkup Materi
Adapun parameter yang diukur dan dianalisis
dari laporan pencemaran laut sebagai berikut:
1.
Parameter
fisik yaitu: Suhu, kecerahan, arus, dan pasang surut.
2.
Parameter
kimia yaitu: Secara insitu (salinitas, pH dan DO), Secara eksitu (COD dan BOD5).
Parameter
biologi yaitu: Plankton dan benthos.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan
manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak sesuai lagi dengan
baku mutu dan fungsinya
(Dewi, 2009). Sedangkan menurut Miller (2004), Pencemaran adalah sebaran
penambahan pada udara, air dan tanah atau makanan yang membahayakan kesehatan,
ketahanan atau kegiatan manusia atau organism hidup lainnya.
Secara lebih spesifik, pencemaran laut masukanya zat
atau energy, secara langsung maupun
tidak langsung oleh kegiatan manusia ke dalam lingkungan laut termasuk
daerah pesisir pantai, sehingga dapat menimbulkan akibat yang merugikan baik
terhadap sumberdaya alam hayati, kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan
di laut, termasuk perikanan dan penggunaan lain-lain yang dapat menyebabkan
penurunan tingkat kualitas air laut serta menurunkan kaulaitas tempat tinggal
dan regreasi. (KLH, 1991).
2.2. Jenis dan Sumber Pencemaran Dapat
Dibedakan
Definisi pencemaran menurut jenisnya dibagi dalam tiga
jenis :
v Pencemaran
air
Perubahan komposisi atau kondisi air akibat adanya
kegiatan atau hasil kegiatan manusia secara langsung maupun tidak langsung
sehingga mengakibatkan air menjadi tidak layak difungsikan sebagaimana fungsi
wajar air tersebut.
v Pencemaran
Udara
Perubahan komposisi udara dari keadaan normalnya
akibat dari masuknya substansi-substansi yang mengakibatkan gangguan terhadap
makhluk hidup atau menimbulkan pengaruh buruk terhadap kondisi lingkungan di
sekitarnya.
v Pencemaran
Tanah
Yaitu
perubahan fisik maupun kimiawi tanah yang dapat mengakibatkan menurunnya daya
guna atau berkurangnya kemampuan daya dukung tanah, bila digunakan tanpa pengolahan
lebih dahulu (Alfiah,2010).
Pencemaran pesisir dan laut dapat bersumber dari :
v Laut
itu sendiri (marine based pollution)
v Daratan
(land based pollution)
Pembuangan limbah cair dari anjungan pengeboran minyak
lepas pantai adalah contoh jenis sumber dari laut. Sedangkan aliran limbahh
cair dan sampah dari sungai-sungai perkotaan pantai adalah contoh jenis sumber
dari darat. (Muhktasor, 2007).
Table 1. Diagram Sumber-Sumber
Pencemaran Laut.
Sumber Pencemaran Laut
|
||||||||
Land based pollution
(bersumber dari darat)
- Limbah
air pendingin PLTU (limbah panas )
- Limbah
rumah tangga
- Sewage
- Limbah
terikut sungai
- Limbah
organic dan non organic
- Saluran
pembuangan pabrik
- Limbah
dari deposisi dari cerobong asap
- Dan
sebagainya
|
Marine based pollution
(bersumber dari laut)
-
Pengeboran / eksplorasi minyak
-
Limbah produksi minyak
-
Air ballas kapal
-
Limbah pelabuhan
-
Limbah dari kapal tengker
-
Limbah kapal penumpang
-
Kecelakaan tumpahan minyak dan
kebocoran pipa
-
dan sebagainya
|
|||||||
Point Source : yaitu
bahan pencemar yang berasal dari satu titik, Seperti dari limbah pabrik,
pembangkit listrik dan pembuangan kotoran.
Non-point Source : yaitu
bahan pencemar yang berasal dari beberapa titik
sumber pencemar, seperti lahan pertanian, tempat pelatihan golf,
perkotaan dan hutan industri.
2.2.Indikator
Pencemaran
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah
tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat
digolongkan menjadi :
Ø Pengamatan
secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan
air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau dan
rasa.
Ø Pengamatan
secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang
terlarut, perubahan pH.
Ø Pengamatan
secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme
yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan
pencemaran air adalah pH atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (DO),
kebutuhan oksigen biokimia (Biochemycal oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan
oksigen kimiawi (Chemical Oxigen Demand, COD), (Warlina, 2004).
Berdasarkan
keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004. Tentang baku mutu
air laut untuk wisata bahari dan biota laut, menyatakan baku mutu air laut
adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Baku
Mutu Air Laut Untuk Wisata Bahari.
Keterangan:
1. Nihil adalah tidak
terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang
digunakan).
1. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk
air laut yang telah ada, baik internasional maupun
nasional.
2. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan,
bervariasi setiap saat (siang, malam dan musim)
3. Pengamatan oleh manusia (visual).
4. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak
yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer) dengan
ketebalan 0,01mm
ü Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan
<10% kedalaman euphotic
ü Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan
<10% konsentrasi rata2 musiman
ü Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan
<2oC dari suhu alami
ü Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan
<0,2 satuan pH
ü Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan
<5% salinitas rata-rata musiman
ü Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin,
Endosulfan dan Heptachlor
ü Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan
<10% konsentrasi rata-rata musiman’
Tabel 3. Indeks keseragaman Plankton
Menurut Magurran (1987).
Indeks keanekaragaman
|
Keadaan struktur komunitas
|
< 1.00
|
Tidak
stabil
|
1.00 -
1.66
|
Cukup
stabil
|
1.67 -
2.33
|
Stabil
|
2.34 -
3.00
|
Lebih
stabil
|
> 3.00
|
Sangat
stabil
|
Tabel
4. Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut
Keterangan:
1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas
deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan)
2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk
air laut yang telah ada, baik internasional maupun nasional.
3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan,
bervariasi setiap saat (siang, malam dan musim).
4. Pengamatan oleh manusia (visual ).
5. Pengamatan oleh manusia (visual ). Lapisan minyak
yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer ) dengan ketebalan 0,01mm
6. Tidak bloom
adalah tidak terjadi
pertumbuhan yang berlebihan
yang dapat menyebabkan
eutrofikasi. Pertumbuhan plankton
yang berlebihan dipengaruhi
oleh nutrien, cahaya,
suhu, kecepatan arus, dan kestabilan plankton itu sendiri.
7. TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat
pada cat kapal
a.
Diperbolehkan
terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic
b.
Diperbolehkan
terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata2 musiman
c.
Diperbolehkan
terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami
d.
Diperbolehkan
terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH
e.
Diperbolehkan
terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman
f.
Berbagai
jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor
g.
Diperbolehkan
terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman.
Tabel 5. Hubungan nilai indeks kemerataan
dengan penyebaran jenis dalam komunitas biota perairan.
Indeks kemerataan
|
Keadaan penyebaran jenis dalam komunitas
|
Katagori
|
< 0.20
|
Tidak
merata
|
Sangat
buruk
|
0.21 – 0.40
|
Cukup
merata
|
Buruk
|
0.41 – 0.60
|
Merata
|
Sedang
|
0.61 – 0.80
|
Lebih
Merata
|
Baik
|
> 0.80
|
Sangat
merata
|
Sangat baik
|
2.2.
Pencemaran
di Wilayah
Pesisir
Potensi sumberdaya ikan yang berlimpah
menjadikan banyak tumbuh industri pengolahan ikan, mulai dari skala kecil
sampai industri dengan skala yang skala besar, di Indonesia. Industri hasil
pengolahan hasil perikanan ini, dengan berbagai jenis olahannya, dan teknologi
yang digunakannya (dalam proses panangkapan dan pengolahan) akan menghasilkan
limbah, baik padat maupun cair yang berpotensi merusak keseimbangan ekologi,
trutama ekologi air sungai maupun laut. Adanya aktifitas penangkapan ikan
dengan bahan peledak ataupun racun kimia mengakibatkan beban pencemaran laut
yang semakin tinggi dan potensi berkurangnya produksi ikan di beberapa daerah.
(Mukhtasor, 2007).
Limbah padat yang dibung ke laut
berupa sampah merupakan salah satu bahan utama yang terkandung dalam buangan limbah. Di
Indonesia sampah yang dibuat ke laut cukup banyak dan pada saat ini sudah pada
kondisi yang memperhatinkan, terutama di perairan teluk dan beberpa perairan
lainnya di Indonesia. Sampah-sampah ini dapat berupa sisa makanan, kertas,
plastik, botol, kaleng, bahkan mungkin alat rumah tangga atau kendaraan yang
sudah tidak bisa digunakan. Kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat,
umumnya dusungai, menyebabkan seluruh pembunagan sampah yang terjadi akan
terbawa aliran dan berakhir di laut. (PPGBPL, 2003 dalam Mukhtasor, 2007)
2.5. Upaya
Penanggulangan Pencemaran di Wilayah Pesisir
Untuk menanggulangi pencemaran laut dewasa ini
tidaklah begitu mudah, hal ini disebabkan karena laut mempunyai jangkauan batas
yang tidak nyata. Meskipun demikian ada beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk menanggulangi pencemaran
laut, antara lain: dengan cara membuat alat pengolah limbah, penimbunan
(alokasi) bahan pencemar di tempat yang aman, dan daur ulang limbah ada
beberapa tindakan nyata yang dapat dilakukan agar pencemaran dan kerusakan
ekosistem laut dapat dicegah dan dihindari sedini mungkin :
1.
Kegiatan berupa pelarangan dan pencegahan,
yaitu melarang dan mencegah semua kegiatan yang dapat mencemari ekosistem laut.
2.
Kegiatan pengendalian dan pengarahan yang
meliputi teknik penangkapan biota, eksploitasi sumberdaya pasir dan batu,
pengurukan dan pengerukan perairan, penanggulan pantai, pemanfaatan dan
penataan ruang kawasan pesisir, konflik, dan pembuangan limbah.
3.
Kegiatan penyuluhan tentang keterbatasan
sumberdaya, daya dukung, kepekaan dan kelentingan pesisir, teknik penangkapan,
budidaya dan sebagainya yang berwawasan lingkungan laut kepada pemuka
masyarakat.
4.
Melakukan kegiatan konservasi yang
meliputi konservasi pada kawasan ekosistem laut (karang, mangrove, lagun, dan
rumput laut), biota, kualitas perairan dan sebagainya.Melakukan
kegiatan berupa penerapan dalam kehidupan masyarakat berupa penerapan
peraturan-peraturan dan sanksi hukum yang terkait dengan pencemaran lingkungan
laut (Agus2, 2013).
Upaya penangulangan pencemaran laut dituangkan dalam peraturan
perundang-udangan yaitu : pengendalian pencemaran kerusakan laut
Peraturan
pemerintah No. 19 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran dan /atau
kerusakan laut. KepMen LH No. 24 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air
Laut. Û Kepmen
LH No. 45/MENLH/11/1996 tentang Program Pantai Lestari.
Û KepMen
LH No. 04 Tahun 2001 tentang Kriteria Baku Mutu Kerusakan Terumbu Karang.
Û Kepka
Bapedal No. 47 Tahun 2001 tentang pedoman pengukuran kondisi terumbu karang.
Undang-undang No. 23 Tahun 1997 dalam Mukhtasor 2007.
III.
METODE PENELITIAN
3.1.
Waktu
dan Lokasi
Peraktik
lapang ini dilaksanakan pada tanggal 1 - 4 Desember
2015 di
Desa Sungai Dua Laut kecamatan Sungai Loban Kabupaten Tanah Bumbu.
Analisis kualitas air dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di Laboratorium
kualitas air Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru.
Gambar 5. Peta Lokasi Praktik Lapang Di Desa Sungai
Dua Laut.
3.1. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat
yang digunakan sebagai berikut :
Tabel 6. Alat – alat peraktik
No.
|
Nama Alat
|
Kegunaan
|
1
|
Perahu
|
Alat
transportasi selama pengambilan sampel
|
2
|
Handrefractometer
|
Untuk
mengetahui salinitas air
|
3
|
DO
meter
|
Mengukur
DO perairan
|
4
|
GPS
|
untuk
mengetahui posisi di muka bumi
|
5
|
Water
Quality Checker
|
Mengukur
kualitas air
|
6
|
Sechi
Disk
|
Mengukur
Kecerahan perairan
|
7
|
Planktonnet
|
Mengambil
sampel plankton
|
8
|
Botol
Sampel
|
Menyimpan
sampel air
|
9
|
Layang-layang
Arus
|
Mengukur
arus
|
10
|
Termometer
|
Mengukur
suhu perairan
|
11
|
Grab
sampler
|
Mengambil
substrat perairan
|
3.2.2. Bahan
Bahan
yang digunakan adalah :
Tabel 7. Bahan kimia
No.
|
Nama Bahan
|
Kegunaan
|
1
|
Bahan
Pengawet
|
Untuk
mengawetkan sampel agar tidak rusak
|
2
|
Tissue
|
Membersihkan
tempat botol
sampel
|
3
|
Aquades
|
Untuk
mengkalibrasi alat
|
4
|
H2SO46N
|
Sebagai
campuran dalam titrasi
|
5
|
KMNO4
|
Sebagai
campuran dalam titrasi
|
6
|
Oksalat
|
Sebagai
campuran dalam titrasi
|
7
|
Regen
|
Sebagai
campuran dalam titrasi
|
3.2. Metode Pengambilan Data
3.2.1.
Parameter Fisik
Metode pengambilan
data untuk parameter fisika yaitu sebagai berikut:
Tentukan lokasi pengambilan sampel berdasarkan
karakteristik wilayah dan catat posisi sampel dengan GPS.
- Untuk arus menggunakan layang-layang arus, dengan memberi
jarak sampai lima meter, dan tunggu beberapa menit sampe tali tersebut
membentang.
- Untuk pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan
thermometer batang dengan cara mencelupkan termometer batang tersebut kedalam
air selama beberapa menit/detik.
- Kecerahan dengan menggunakan sechi disk dengan cara
memasukkan kedalam kolom perairan, amati berapa jarak batas sampai alat tidak
terlihat lagi.
- Kekeruhan/turbidity menggunakan water quality checker.
Ø
Analisis Pasang
Surut
Prosedur
Kerja
Dalam pengambilan data pasang surut di lakukan beberapa hal yakni :
·
Menempatkan
(pemasangan) rambu pasut pada tempat yang aman, mudah dibaca dan tidak
bergerak-gerak akibat arus atau gelombang. Pemasangan nol rambu terletak di
bawah permukaan laut pada saat air rendah saat surut besar dan bacaan skala
masih terbaca pada saat terjadi air tinggi saat pasang besar.
·
Metode
pengamatannya dilakukan dengan pembacaan secara langsung dan dicatat secara
kontinyu setiap 30 menit
selama 3 x 24 jam.
Ø
Analisis Arus
Prosedur Kerja
Kecepatan
arus diukur dengan menggunakan drague
drifter pada daerah gelombang pecah, dengan terlebih dahulu menentukan arah
arus dengan menggunakan kompas, yakni menentukan posisi titik awal drague drifter ketika dilepas sampai
jarak terakhirnya.
Analisis
Data
Untuk menghitung
kecepatan arus dengan menggunakan persamaan :
Dimana;
v
= Kecepatan arus (meter/detik)
s = Jarak (meter)
t = Waktu tempuh (detik)
3.1.1. Parameter
Kimia
Untuk
metode pengambilan data parameter kimia yaitu sebagai berikut:
- Pengukuran salinitas di permukaan dilakukan dengan handrefractometer. Sebelum melakukan
pembacaan terlebih dahulu alat tersebut dikalibrasi dengan aquades.
- Untuk pH dan DO menggunakan water quality checker.
Gambar 12. Alat ukur pH dan DO
(waterquality checker), http://www.alatlabor.com
- Mengambil sampel air dan masukkan ke dalam botol sampel
selanjutnya akan dianalisis di laboratorium.
Ø Analisa BOD dan
BOD5
-
Aquades diaerasi
terlebih dahulu selama 15 menit.
-
Menyiapkan dua buah
botol, satu botol terang dan satu botol gelap.
Kemudian mengisi keduanya dengan air sampel masing-masing sebanyak 75
ml.
-
Setelah itu,
menambahkan keduanya dengan aquades yang telah diaerasi sampai penuh.
-
Botol gelap dimasukkan
ke dalam alat inkubator selama 5 hari dan selanjutnya akan dilakukan hal yang
sama seperti air sampel dalam botol terang.
-
Pada botol terang
dimasukkan R1 dan R2 masing-masing sebanyak 2 ml. Mengocoknya dan membiarkannya sampai terjadi
endapan. Setelah itu memasukkannya ke
dalam labu Erlenmeyer 500 ml. Agar
pencampuran dapat merata, masukkan satu buah kapsul pengaduk ke dalamnya.
-
Kemudian menambahkan
R5 secara perlahan sampai larutan berubah bening dan mencatat jumlah R5 yang
diperlukan.
Analisis data kualitas air adalah
sebagai berikut :
Ø Analisa terhadap kandungan BOD dan BOD5
3.1.1.Paremeter Biologi
Untuk metode pengambilan parameter
biologi yaitu sebagai berikut:
Ø Analisis Plankton
-
Sampel
air di ambil lalu disaring ke palanktonet dan dimasukan ke botol sampel
selanjutnya di analisis di laboratorium.
-
Perhitungan Kelimpahan
Plankton
N = n x Oi/Op x Vr/Vo
x 1/Vs x 1/P
Keterangan:
N
|
=
|
kelimpahan plankton
(individu/liter)
|
N
|
=
|
Jumlah plankton
yang tercacah ( individu)
|
Vr
|
=
|
Volume botol sampel
plankton hasil saringan (ml)
|
Vs
|
=
|
Jumlah air yang
disaring oleh jaring plankton (l)
|
Oi
|
=
|
Luas gelas penutup
(mm2)
|
Op
|
=
|
Luas lapangan
pandang (mm2)
|
Vo
|
=
|
Volume 1 tetes air
contoh (ml)
|
P
|
=
|
Jumlah lapangan
pandang
|
Ø Analisis Benthos
1. Komposisi jenis
Untuk menentukan komposisi jenis dilakukan
dengan menghitung persentase dari setiap jenis yang didapatkan pada setiap
stasiun yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
P = (ni / N )
100%
Dimana : P = Persentase setiap jenis
ni = Jumlah individu spesies i
N = Jumlah individu seluruh spesies
1.
Indeks Dominansi
Menurut Simpson indeks dominansi dihitung
dengan menggunakan rumus :
C = å ( ni / N)2
Dimana : C = Indeks Dominansi Simpson
ni = Jumlah individu tiap spesies
N = Jumlah individu seluruh spesies
2.
Indeks
Keanekaragaman
H’ = - å (ni / N) ln (ni / N)
Dimana : H’ = Indeks
Keanekaragaman
ni = Jumlah individu setiap spesies
N = Jumlah individu seluruh spesies
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Wilayah Studi
Kodisi perairan di sekitar pesisir
pantai Sungai Dua Laut membentuk garis pantai landai berpasir yang berhadapan
dengan tebing tanah yang sering terjadi abrasi dari hujan yang deras yang
mengakibatkan tebing tersebut terkikis sehingga air hujan tersebut mengalir
membawa partikel-partikelnya kelaut dan sebagian kemuara sungai yang kemudian
akan dibawa oleh arus dan gelombang ke depan sekitar muara sungai yang
menyebabkan terbentuknya daratan pasir, Kondisi oseanografi sangat berpengaruh
terhadap sedimentasi ialah arus dan gelombang dan ditambah curah hujan yang
sangat tinggi. Perairan Sungai Dua Laut berhadapan langsung oleh laut jawa. Sungai
Dua Laut kaya akan ekosistem dan biotanya dan perairannya masih tergolong alami
belum banyak tercemar. Di sekitar delta dekat muara daratan berpasir awalnya
luas karena jarangnya mangrove sehingga menyebabkan erosi terus menerus. Ketika
air pasang tertinggi disertai curah hujan yang tinggi menyebabkan meluapnya air
sungai kedaratan sehingga menutupi jalan yang diantara vegetasi mangrove dan
nipah.
4.2. Analisis Faktor Lingkungan Studi
Berdasarkan
hasil analisis data di perairan Desa Sungai Dua Laut didapat nilai parameter fisik, kimia dan biologi yang
tertera dalam tabel berikut :
Tabel 8. Hasil Analisis Kualitas Air Dan Perbadingan
Berdasarkan Baku Mutu.
N0
|
Parameter
|
Hasil
Analisis
|
Baku
Mutu
|
|
Wisata
Bahari
|
Biota
|
|||
Fisik
|
||||
1
|
Kecerahan
|
1 – 4,2 m
|
> 6 m
|
Coral: >5
Mangrove : -
Lamun: >3
|
2
|
Suhu
|
28 – 33,6 ̊C
|
Alami-3(0c)
|
Alami-3(0c)
|
3
|
Kekeruhan
|
6 – 42 NTU
|
-
|
<5NTU
|
4
|
Kedalaman
|
0 - 5
|
-
|
-
|
Kimia
|
||||
1
|
pH
|
6,2 – 8,9
|
7-8,5
|
7,85
|
2
|
Salinitas
|
20,5 – 34 ppm
|
Alami3 (%0)
|
Alami3(%0)
coral : 33-34
mangrove: s/d34
lamun: 33-34
|
3
|
DO
|
6,1 – 7,9 mg/l
|
> 5 mg/l
|
> 5 mg/l
|
4
|
BOD5
|
6,98 – 7,4 mg/l
|
10 mg/l
|
20 mg/l
|
5
|
COD
|
2,8 – 3,95 mg/l
|
-
|
-
|
6
|
Besi (Fe)
|
0,1-0,8
|
-
|
-
|
7
|
Fosfat
|
0,2-0,5 mg/1
|
-
|
2 mg/1
|
8
|
Mangan (Mn)
|
0,19µg/l- 0,49 µg/l
|
-
|
-
|
9
|
TSS
|
280-780 mg/L
|
-
|
Coral dan
lamun: <20, mangrove: <80
|
Biologi
|
||||
1
|
Plankton
|
2,25 mg/l
|
-
|
Tidak bloom6
|
2
|
Bentos
|
0,940
|
-
|
-
|
4.1.
Analisis
Pengaruh Pencemaran Terhadap Biota dan Kualitas Perairan
4.1.1.
Parameter
Fisik
Ø Pasang surut
Pasang surut laut merupakan suatu
fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air
laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan
gaya tarik menarik dari benda-benda
astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Periode pasang surut adalah
waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang
berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga
24 jam 50 menit. Pengukuran di lakukan pada pukul 20:00
dengan ketinggian muka air sebesar 273 cm dan berakhir pada pukul 08:00 dengan
ketinggian 198 cm selama 61 jam. Dari grafik di atas dapat diketahui pasang
tertinggi terjadi pada hari pertama pengukuran pada pukul 20:00 sebesar 273 cm dan
surut terendah pada hari kedua pukul 14.00 dan
hari ke tiga prektek pukul 16:00 dengan
ketinggian 165 cm.
Ø Arus
Pesisir pantai Sungai
Dua Laut membentuk garis pantai yang berteluk-teluk dan landai, Kondisi
oseanografi sangat berpengaruh terhadap sedimentasi ialah arus dan gelombang.
Adapun hasil pengukuran arus di perairan Sungai Dua Laut ialah sebagai berikut
:
Gambar 14. Pola
Arus diperairan Sungai Dua Laut
Hasil
Pengukuran arah dan kecepatan arus dilapangan dilakukan pada satu stasiun yaitu
di daerah dermaga, hal ini di lakukan untuk mengetahui bagaimana arah dan
kecepatan arus di dekat pantai, dikemukakan oleh Rahim (1998), bahwa arus
merupakan penyebab timbulnya sirkulasi air baik dalam bentuk penyebaran
(diffusion) maupun arus vertikal, sehingga terjadi proses percampuran
partikel-partikel dalam air, dengan adanya arus laut serta proses difusi, maka
faktor pencemar dapat menyebar secara horisontal seiring dengan perjalanan
waktu. Proses masuknya bahan pencemar ke dalam perairan laut dan kemudian
dialirkan melalui tingkat-tingkat tropik yang terdapat pada lingkungan tersebut
dipicu melalui adukan/turbulensi oleh arus laut tersebut.
Suhu
Hasil pengukuran suhu menunjukkan bahwa suhu di
perairan Sungai Dua Laut berada di kisaran 28 – 33,6 °C. Hal tersebut dipengaruhi
oleh letak geografis Desa Sungai Dua Laut yang berada pada garis khatulistiwa
sehingga intensitas penyinaran matahari
cukup tinggi yang menyebabkan tingginya proses evaporasi di perairan tersebut.
Suhu pada perairan lokasi praktik tidak cukup baik untuk menopang kehidupan
organisme perairan karena melebihi
bakumutu yang dipersyaratkan menurut Permen LH, Yaitu sebesar 28-32 0C. Berdasarkan peta sebaran suhunya dapat di ketahui bahwa
suhu yang lebih rendah terletak di peraiaran yang dekat dengan daratan dan
semakin menjauh ke arah laut, suhu pun semakin meningkat.
Pada perairan dekat pantai suhuya berkisar 28 oC, sedangkan kearah
tengah laut berkisar 33,6 oC.
Suhu perairan dekat pantai mencapai
28 oC, itu kemungkinan disebabkan oleh
aktifitas manusia. Suhu perairan berkaitan erat dengan tingkat kecerahan suatu
perairan, Apabila kecerahan di suatu perairan dikatakan rendah otomatis suhu di
perairan tersebut juga rendah karena penetrasi cahaya yang masuk ke dalam
perairan kemungkinan terhalang oleh partikel-pertikel sedimen yang berada di
kolom air. Sehingga semikin rendah tingkat kecerahan suatu perairan, maka
semakin rendah juga suhu di perairan tersebut, dapat dilihat
pada gambar 7 sebaran suhu berikut.
Peta sebaran Suhu
Diperairan Sungai Dua Laut
Kecerahan
Hasil pengukuran di Desa Sungai Dua Laut didapat
data kecerahan berkisar antara 1 m – 4,2 m, tingkat kecerahan terendah pada
perairan tersebut terletak pada daerah
deakat pantai yaitu 1 m, sedangkan kecerahan yang
sangat tinggi yaitu terletak di tengah
laut yang mencapai 4,2 m. Tingkat kecerahan di tepi pantai itu dipengaruhi oleh
proses pengadukan oleh gelombang di wilayah perairan tersebut sehingga
kecerahanya hanya mencapai 1 m, bentuk dasar perairan yang landai serta TSS
yang berasal dari sungai juga berpengaruh terhadap tingkat kecerahan. Nilai
kecerahan perairan Desa Sungai Dua Laut dikategorikan sedang untuk tingkat
biotanya dan kategori buruk pada ekosistem lamun dan karangnya, jika mengacu
dengan nilai baku mutu yang telah di tetapkan dalam KEPMENLH No. 51 Tahun 2004
tentang baku mutu air laut untuk biota laut dimana nilai kecerahan suatu
perairan adalah >3 m untuk biota dan
>6 m untuk karang dan Lamun. Berdasarkan peta sebaran kecerahan dapat dilihat
bahwa kecerahan di dekat daratan lebih rendah dan nilainya semakin meningkat jika semakin kearah laut, dapat dilihat pada
gambar 8 berikut.
Peta sebaran Kecerahan Di Perairan Sungai Dua Laut.
Ø Kekeruhan
Hasil
pengukuran di Desa Sungai Dua Laut didapat data kekeruhan berkisar antara 6 –
42 NTU, tingkat kekeruhan terendah pada perairan tersebut terletak pada daerah
deakat pantai yaitu 6 NTU, sedangkan kekeruhan yang sangat tinggi yaitu terletak di tengah laut yang mencapai
42 NTU. Baku mutu kadar kekeruhan untuk kualitas air laut
untuk biota laut berdasarkan KEPMENLH No. 51 Tahun 2004 adalah < 5 NTU.
Kekeruhan perairan ini umumnya disebabkan oleh adanya partikel-partikel
suspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan- bahan organik terlarut,
bakteri, plankton dan organisme lainnya. Nilai kekeruhan perairan Desa
Sungai Dua Laut telah melewati ambang batas baku mutu, jika kita
lihat pada gambar dibawah.
Peta sebaran Kekeruhan Di Perairan Sungai Dua Laut
Ø Kedalaman
Dari
hasil pengukuran
dilapangan
diketahui bahwa kedalaman perairan Sungai Dua Laut berkisar antara 0 – 5 meter.
Pada kedalaman 0 - 0,8 meter terletak pada tepi pantai yang dekat daratan, itu
disebabkan oleh sedimen yang mengendap pada daerah tersebut, namun pada daerah
tengah laut kedalaman mencapai 4-5 meter, penyebabnya adalah sedimen yang
berasal dari daratan tidak sampai ketengah laut tapi hanya mengendap pada
daerah tepi pantai yang
terlihat pada gambar 9. Menurut Ariana (2002)
bathmmetri adalah ukuran tinggi rendahnya dasar laut. Perubahan kondisi
hidrografi di wilayah perairan laut dan pantai di samping disebabkan oleh
fenomena perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut dan proses-proses yang
terjadi di wilayah hulu sungai. Terbawanya berbagai material partikel dan
kandungan oleh aliran sungai semakin mempercepat proses pendangkalan di
perairan pantai.
Kedalaman
perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi tersebut. Lokasi
yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar akibat dari pengaruh
gelombang yang pada akhirnya kedalaman perairan lebih dari 3 m dari pengaruh
gelombang yang pada akhirnya kedalaman perairan lebih dari dasar jaring
(Setiawan, 2010)
Peta sebaran Kedalaman Di Perairan Sungai Dua Laut
4.1.1.
Parameter
Kimia
4.1.1.1.
Salinitas
Salinitas di
perairan lokasi studi berkisar antara 20 ppm – 34 ppm. Kisaran tersebut menunjukkan bahwa fenomena
salinitas yang terdapat di daerah ini cukup tinggi, sebagaimana disajikan pada
gambar 9. Hal tersebut terutama
disebabkan oleh kondisi topografi perairan yang dangkal sehingga proses
penguapan air laut sangat mempengaruhi
konsentrasi kadar garam. Selain itu kadar salinitas dapat juga disebabkan oleh
debit air tawar yang asalnya dari sungai.
Kadar salinitas
di terrendah
yaitu 20 ppm yang terletak
pada tepi pantai, hal ini sebagai
pengaruh banyaknya masukkan air sungai yang memiliki salinitas rendah dan, sedangkan di
perairan kearah tengah
laut salinitas menapai 34 ppm, kadar salinitas
rendah umumnya di daerah muara, sedangkan yang jauh dari sungai kadar
salinitasnya lebih tinggi. Hal ini sebagai akibat pengaruh masukkan massa air
dari Selat Makasar dengan kadar salinitas yang lebih tinggi.
Namun
demikian nilai pengukuran salinitas pada perairan studi cukup
baik jika mengacu bakumutu yang dipersyaratkan Permen LH untuk wisata bahari
dan kehidupan biota yaitu sebesar 33-34 ppm.Nilai salinitas pada perairan Desa Sungai Dua Laut cukup berfluktuasi, tergantung musim dan
jarak perairan dengan daratan, pada umumnya pada saat musim
barat dengan curah hujan yang tinggi maka salinitas diperairan Sungai Dua Laut
akan cukup rendah, sedangkan pada musim timur pada saat curah hujan rendah maka
salinitasnya akan naik. Hal ini terlihat pada gambar 9 sebaran salinitas
tersebut, dimana semakin jauh dari daratan, salinitasnya semakin tinggi.
Peta sebaran salinitas Di Perairan Sungai Dua Laut
Oksigen
Terlarut ( DO )
Kisaran oksigen terlarut (DO) hasil pengukuran di
lokasi studi yang berkisar antara 6,3 mg/l sampai dengan 9 mg/l. DO merupakan
parameter kimia yang paling peting untuk kehidupan biota laut. Ketidak stabilan oksigen dalam suatu perairan
dapat mengakibatkan kegagalan dalam usaha budidaya (Mayunar dkk, 1995). Lebih lanjut dijelaskan bahwa apabila oksigen
terlarut kurang dari 3 ppm dan berlangsung dalam waktu lama, akan meyebabkan
terhambatnya pertumbuhan dan kurangnya nafsu makan ikan. Oksigen terlarut dalam
jumlah yang sangat banyak dapat juga mengakibatkan terjadinya kematian pada
ikan, sebab di dalam pembuluh-pembuluh darah terjadi emboli gas yang dapat
mengakibatkan tertutupnya pembuluh-pembuluh rambut dalam daun-daun insang ikan.
Berdasarkan gambar peta sebarannya terlihat bahwa sebaran DO di perairan Sungai
Dua Laut cukup merata baik di daerah
dekat sungai maupun di laut sekitar antara 6,1 mg/l - 7,9mg/l, berarti untuk tingkat
biota dan ekosistem memenuhi kategori sangat bagus, yang mana dapat kita lihat
pada gambar 10 berikut.
Peta sebaranDO Di Perairan Sungai Dua Laut
4.1.1.1.
Chemical Oxygen Demand (COD)
COD ( chemical
oxygen demand) merupakan kebutuhan oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap
bahan buangan di dalam air. Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan hewan
air lainnya, tidak terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air,
tidak berbeda dengan manusia dan mahluk hidup lainnya yang ada di darat, yang
juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat bertahan hidup. Air yang
tidak mengandung oksigen tidak dapat memberikan kehidupan bagi mikro organisme,
ikan dan hewan air lainnya. Oksigen yang terlarut di dalam air sangat penting
artinya bagi kehidupan.
Hasil analisis
COD dari pengukuran di lokasi studi menunjukkan bahwa kadar COD masih dalam
batas yang diinginkan dalam kegiatan budidaya ikan berdasarkan kementerian
lingkungan hidup yaitu (< 40 mg/l). Dari data tersebut memperilahatkan bahwa
sebaran COD terbesar berasal dari laut dalam, sedangkan di perairan dangkal
umumnya lebih kecil sesuai dengan peta sebarannya dimana area yang lebih terang
memiliki nilai COD lebih besar dibandingkan area yang gelap. Hal ini berbanding
lurus dengan kedalaman di perairan tersebut kita akan lihat pada gambar 11,
berikut.
Sebaran Chemical Oxygen Demand (COD).
4.1.1.2. BOD dan BOD5
BOD merupakan jumlah oksigen terlarut yang
dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau untuk mengoksidasi
bahan-bahan buangan di dalam air. Jadi nilai BOD tidak menunjukan jumlah bahan
organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen
yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi
oksigen tinggi yang ditunjukan degan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut,
maka kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi. Berdasarkan
hasil analisis BOD dari pengukuran beberapa stasiun diperairan Sungai Dua Laut
berkisar antara 6,98 mg/l sampai 7,4 mg/l, kisaran ini menunjukan bahwa
perairan Sungai Dua Laut masih diragukan..
Karena air yang hampir murni mempunyai nilai BOD
kira-kira 1 ppm, dan air yang mempunyai nilai BOD 3 ppm masih dianggap cukup
murni, tetapi jika nilai BOD mencapai 5 atau lebih kemungkinan air diragukan. Berikut ini data hasil analisis BOD dan BOD5 yang
di lakukan di laboratorium kualitas air Fakultas Perikanan dan Kelautan Unlam
yang ditampilkan pada gambar 12.
Sebaran BOD5 Di Perairan Sungai Dua Laut.
4.1.1.3. Derajat
Keasaman (pH)
Nilai derajat keasaman (pH) diperairan Sungai Dua Laut berkisar antara 6,2 – 8,9. Sebagaimana di sajikan
dalam gambar 13. Indikasi tersebut menunjukan bahwa ph air laut cukup tidak
normal, karena dengan nilai keasaman yang besar. pH air laut yang normal adalah
7 sampai dengan 9. Tinggi rendahnya pH suatu perairan sangat dipengaruhi oleh
kadar CO2 yang terlaut dalam perairan tersebut. Aktivitas
fotosintesa merupakan peroses yang sangat menentukan kadar CO2 yang terkandung dalam suatu perairan.
Sehubungan dengan gambaran tersebut maka dapat
diduga bahwa perairan Sungai Dua Laut kurang baik oleh produkvitas
oksigen yang tidak memadai. Suhu air, buangan industri dan limbah rumah tangga
merupakan faktor lain yang dapat menyebabkan ph suatu perairan berbeda.
4.1.1.4. Besi (Fe)
Pengukuran parameter logam berat yaitu
logam Fe (Gambar 13). Besi termasuk logam essensial yang mana keberadaannya
dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam
jumlah berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Konsentrasi besi dalam air
permukaan Laut Sungai Dua Laut berkisar antara 0,1-0,8 mg/L. Konsentrasi Fe maksimum
diperoleh pada tepi pantai
berkisar (0,1 mg/L), kandungan Fe relatif
tinggi berikutnya dijumpai di perairan deket kandang haur berkisar (0,8 mg/L).
Relatif tingginya kadar Fe
di sekitar perairan Sungai Dua Laut, diduga
dikarenakan oleh pengaruh kegiatan anthropogenik yang bermukim di pulau sekitar
perairan stasiun sampling tersebut, seperti perkaratan kapal/perahu yang
melalui perairan ini, mudah berkaratnya tiang pancang pelabuhan. Padatnya arus
pelayaran kapal tongkang batu bara dapat juga mempengaruhi tingginya Fe di permukaan perairan.
Sebaran
Besi (Fe)
Di Perairan Sungai Dua Laut.
4.1.1.5. Fosfat
Hasil pengukuran fosfat pada lokasi praktik didapatkan nilai kisaran sebesar 0,2 mg/l – 0,5 mg/l, Fosfat yang terdapat dalam air laut umumnya
bersal dari hasil dekomposisi organisme yang sudah mati. Fosfat merupakan salah
satu senyawa nutrient yang sangat penting. Dalam air laut, kadar rata-rata
fosfat adalah sekitar 2 mg/l (Koreleff, 1976). untuk fosfat nya masuk
ketegori sangat buruk karena tidak
memenuhi setandar baku mutu air laut, untuk parameter fosfat dapat kita lihat
pada gambar 13 berikut.
Sebaran Fosfat Di Perairan Sungai
Dua Laut.
4.1.1.6. Mangan
Mangan
(Mn) adalah logam berwarna abu – abu keperakan yang merupakan unsur pertama
logam golongan VIIB, dengan berat atom 54.94 g.mol-1, nomor atom 25, berat
jenis 7.43g.cm-3, dan mempunyai valensi 2, 4, dan 7 (selain 1, 3, 5, dan 6).
Mangan digunakan dalam campuran baja, industri pigmen, las, pupuk, pestisida,
keramik, elektronik, dan alloy (campuran beberapa logam dan bukan logam,
terutama karbon),industri
baterai, cat, dan zat tambahan pada makanan. Kandungan Mn di perairan Sungai Dua Laut berkisar antara 0,19 µg/l
dan 0,49 µg/l, untuk Mn terendah di tepi pantai yaitu berkisar 0,19 µg/l. Kandungan tertinggi Mn di tengah laut berkisar 0,49 . Diduga
karena adanya masukan limbah pemukiman disepanjang aliran sungai, masukan air
bekas galian Batu Bara yang larut keperairan Sungai Dua Laut . terutama pada saat hujan, parameternya bisa kita
lihat pada gambar berikut.
Sebaran Mangan (Mn) Di
Perairan Sungai Dua Laut.
4.1.1.7. TSS
TSS adalah padatan yang
menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung.
Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya
lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu,
sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya. Kandungan TSS memiliki hubungan yang
erat dengan kecerahan perairan. Keberadaan padatan tersuspensi tersebut akan
menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke perairan sehingga hubungan antara
TSS dan kecerahan akan menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik. TSS
umumnya semakin rendah ke arah laut. Hal ini disebabkan padatan tersuspensi
tersebut di supply oleh daratan melalui aliran sungai. Rata-rata nilai TSS di Perairan Sungai Dua Laut dari yang terkecil hinga
terbesar adalah berkisar antara 280-780 mg/L, nilai ini
menunjukkan keadaan air untuk parameter TSS dalam kondisi buruk. Sesuai dengan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 tentang baku mutu
air laut untuk biota laut, diperoleh nilai baku mutu TSS untuk kehidupan coral
dan lamun < 20 mg/L, sedangkan untuk mangrove < 80 mg/L. Berdasarkan
hasil analisis (TSS) diatas tidak ada yang melebihi nilai baku mutu tersebut.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kondisi TSS di perairan Sungai Dua Laut secara umum masih belum
sesuai atau dikategorikan sangat buruk.
Sebaran TSS Di Perairan Sungai Dua Laut.
4.1. Analisis Pengaruh Pencemaran Terhadap
Biota
4.1.1. Plankton
Plankton merupakan
organisme renik yang melayang pasif dalam kolom air, tidak dapat melawan
pergerakan massa air karena kemampuan renangnya yang sangat lemah. Plankton
berukuran mikroskopik antara 0,02 – 200 µm, hidupnya melayang atau mengapung dan tidak mempunyai kemampuan
renang melawan arus, secara umum terbagi atas fitoplankton dan zooplankton.
Tabel. 9. Hasil Perhitungan Kelimpahan, Indeks
Keanekaragaman, Indeks Keseragaman dan Indeks Dominasi Plankton
No.
|
Parameter
|
Stasiun
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Jumlah taksa
|
13
|
10
|
4
|
10
|
2
|
Kelimpahan (Sel/lt)
|
4337
|
4740
|
1109
|
3832
|
3
|
Indeks Keanekaragaman
|
2,1107
|
2,2399
|
0,6355
|
1,9383
|
4
|
Indeks keseragaman
|
1,2152
|
1,0280
|
2,1814
|
1,1880
|
5
|
Indeks Dominasi
|
0,1606
|
0,1595
|
0,0254
|
0,1147
|
Kelimpahan fitoplankton yang berkisar antara 1.109 – 4.740 sel/liter
mengindikasikan bahwa tingkat kesuburan diperairan Sungai Dua Laut tergolong
sedang, hal ini sesuai dengan pendapat Marguran (1987) bahwa perairan dengan
kelimpahan fitoplankton antara 1.000 sel/liter – 40.sel/liter tergolong
perairan dengan tingkat kesuburan sedang.
Dari tabel di atas dapat diketahui, indeks keragaman dan indeks
keseragaman plankton di perairan Desa Sungai Dua Laut, dengan
nilai indeks keragaman tertinggi berada pada stasiun 2 dengan nilai 2,24, dan
untuk nilai terendah berada pada stasiun 3 dengan nilai 0,64. Sedangkan untuk
nilai keseragaman, dengan nilai tertinggi berada pada stasiun 3, dengan nilai
sebesar 2,18 dan nilai terkecil pada stasiun 2 dengan nilai sebesar 1,03. Kedua komponen tersebut saling berkaitan, apabila indeks keragamannya
tinggi maka indeks keseragamannya lebih rendah. Begitu juga sebaliknya, apabila
indeks keseragamannya tinggi maka indeks keragamannya lebih rendah.
Dapat dilihat pada stasiun 1 indeks keragaman plankton sebesar 2,11 lebih
besar dari indeks keseragamannya yaitu sebesar 1,22. Pada stasiun 2 indeks
keragamannya sebesar 2,24 dan indeks keseragamannya sebesar 1,03. Pada stasiun
3 indeks keragamannya sebesar 0,64 dan indeks keseragamannya 2,18. Sedangkan
untuk stasiun 4 indeks keragamannya sebesar 1,19 dan indeks keseragamannya
sebesar 1,19. Menurut Stirn (1981) apabila H’ < 1, maka komunitas
biota dinyatakan tidak stabil, apabila H’ berkisar 1-3 maka stabilitas
komunitas biota tersebut adalah moderat (sedang) dan apabila H’ > 3 berarti
stabilitas komunitas biota berada dalam kondsi prima (stabil). Semakin besar
nilai H’ menunjukkan semakin beragamnya kehidupan di perairan tersebut, kondisi
ini merupakan tempat hidup yang lebih baik. Sedangkan menurut Lee et al.
(1978), klasifikasi tingkat pencemaran berdasarkan nilai
indeks keanekaragaman dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 10. Klasifikasi tingkat pencemaran berdasarkan
nilai indeks keanekaragaman menurut Lee
et al (1978).
Tingkat Pencemaran
|
Indeks Diversitas (Keanekaragaman)
|
|
Belum Tercemar
|
>2,0
|
|
Tercemar Ringan
|
1,6 – 2,0
|
|
Tercemar Sedang
|
1,0 – 1,5
|
|
Tercemar Berat
|
<1,0
|
4.1.1. Bentos
Bentos adalah organisme yang hidupnya cenderung
menetap pada dasar perairan, bentos juga digunakan sebagai parameter tingkat
pencemaran perairan. Pada perairan Sungai Dua Laut indek dominasi bentos
berkisar antara 0,04 – 0,31 pada semua stasiun. Indek dominasi tertinggi berada
pada stasiun 1 yaitu 1,26, sedangkan indek dominasi terendah berada pada
stasiun 3 yaitu 0,04. Sedangkan indek keragaman bentos berkisar antara 0,53 –
1,26 dan 0,76-0,96, indek keragaman tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 1,26.
Sedangkan indek keragaman terendah terdapat pada stasiun0,04 untuk indek
keseragaman bentos dari 4 stasiun berkisar antara 0,53 – 1,26. Pada stasiun 3
tingkat keseragamannya hanya 0,04 dan 0,53, yaitu sebagai tingkat keseragaman
terendah dari 4 stasiun, sedangkan indek keseragaman tertinggi terdapat pada
stasiun 1 yaitu 1,26. Dari indek dominasi, keragaman, dan keseragaman.
4.3.
Upaya
Penanggulangan Pencemaran di Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir
adalah suatu wilayah peralihan antara ekosistem daratan dan lautan, yang saling
berinteraksi dan membentuk suatu kondisi lingkungan (ekologis) yang unik.
Sehingga harus dikelola secara terpadu dan bukan secara terpisah. Wilayah
pesisir merupakan kawasan yang paling padat dihuni oleh manusia serta tempat
berlangsung berbagai macam kegiatan pembangunan.
Konsentrasi
kehidupan manusia dan berbagai kegiatan pembangunan di wilayah tersebut
disebabkan oleh tiga alasan ekonomi yang kuat, yaitu bahwa wilayah pesisir
merupakan kawasan yang paling produktif di bumi, wilayah pesisir menyediakan
kemudahan bagi berbagai kegiatan, dan wilayah pesisir memiliki pesona yang
menarik bagi obyek pariwisata. Hal-hal tersebut menyebabkan kawasan pesisir di
dunia termasuk Indonesia mengalami tekanan ekologis yang parah dan kompleks
sehingga menjadi rusak. Oleh karena itu diperlukan perbaikan yang mendasar
di dalam perencanaan dan pengelolaan pembangunan sumberdaya alam pesisir. Pola
pembangunan yang hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi perlu diganti
dengan pembangunan berkelanjutan. Pendekatan dan praktek pengelolaan
pembangunan wilayah pesisir yang selama ini dilaksanakan secara sektoral dan
terpilah-pilah, perlu diperbaiki melalui pendekatan pengelolaan secara terpadu.
Pengembangan
pembangunan berkelanjutan berarti mengelola pengguna, mengembangkan dan
melindungi sumberdaya fisik dan alami atau pada satu tingkatan dimana
keberadaan seseorang dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial, ekonomi,
kesejahteraan budaya, kesehatan dan keamanan.
Pencemaran yang
ada di perairan Sungai Dua Laut juga berasal dari limbah batu bara maka upaya
penanggulangan pencemaran yaitu :
Melaui pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi
preventif (control/protective), Pendekatan lingkungan yang ditujukan
bagi penataan lingkungan sehingga akan terhindar dari kerugian yang
ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan, Pendekatan administratif yang mengikat
semua pihak dalam kegiatan pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan yang
berlaku (law enforcement)
dan Pendekatan edukatif, kepada
masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan untuk membina dan memberikan
penyuluhan/penerangan terus menerus memotivasi perubahan perilaku dan
membangkitkan kesadaran untuk ikut memelihara kelestarian lingkungan.
ü Penanggulangan Acid Mine
Drainage/AMD
ü Pemanfaatan Bakteri Pereduksi Sulfat
dalam Penanganan Air Asam Tambang
ü Pemanfaatan Sludge Untuk Memacu
Revegetasi Lahan Pasca Tambang Batubara
|
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas maka diperoleh beberapa kesimpulan antara lain sebagai
berikut :
1. Sebagian besar sumber bahan
pencemar di perairan Sungai Dua Laut berasal dari limbah rumah tangga,
pertambangan, pariwisata dan limbah dari darat yang terbawah oleh aliran sungai
dan bermuara di laut.
2. Kondisi
perairan Sungai Dua Laut masih dalam kondisi normal dan belum terlalu tercemar.
Hal ini dikarenakan dari beberapa parameter yang dianalisis semuanya masih
memenuhi baku mutu yang ditetapkan baik itu parameter fisik,kimia, dan
biologinya.
3. Untuk
mencegah dan menanggulangi pencemaran di wilayah peisir Sungai Dua Laut
diperlukan kerja sama antara semua pihak, baik pemerintah, pelaku usaha dan
masyarakat itu sendiri.
5.2. Saran
Masyarakat
perlu diberikan pengarahan agar lebih menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah
di sekitar perairan Sungai Dua Laut. Para pelaku usaha yang berada di sekitar
lokasi agar turut serta menjaga kondisi perairan dan lebih menjaga
limbah-limbah hasil produksi dan tidak membuangnya langsung ke perairan.Dalam
praktek berikutnya agar lebih terlaksana
dengan baik sehingga data yang diperoleh lebih baik pula. Sehingga diperlukan
kerjasama dalam menganalisis data dan kejelasan pembagian tugas antar
praktikan.
|
Agus. 2013. Jenis-Jenis
Pencemaran Lingkungan. http://www.jenis-jenis-pencemaran-lingkungan-laut.html.
Diakses tanggal 7 Januari 2015.
Dewi. 2009. Limbah Rumah Tangga Berbahaya Bagi Manusia
dan Lingkungan Laut. http://www.limbah-rumah-tangga-berbahaya-bagi-manusia-dan-lingkungan-laut.html.
Diakses tanggal 7 Januari 2015.
Fardiaz, S. 1992, Polusi Air dan Udara, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta, 1995. http://eprints.undip.ac.id/17967/1/SUDARWIN.pdf
MENLH. No 51. Tahun 2004. Bakumutu Air Laut
Magurran AE. 1987. Ecologycal Diversity and Its
Measurenment. New Jersey: Princeton University Press.
Misra, emi, 2002. Aplikasi teknologi berbasiskn membran
dalam bidang bioteknologi kelautan pengendalian pencemaran. Medan digital
library universitas sumatra utara
Miller, 2004. Public Understanding
of Science July 2004 vol. 13 no. 3 273-294
Mukhtashor. 2009. Pencemaran Pesisir
Dan Laut. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Mukhtasor.2007. Pencemaran Pesisir
dan laut, Penerbit PT. Pradnya.
Pramudianto,
Bambang, 1999, Sosialisasi PP No.19/1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan
atau
Perusakan Laut, Prosiding Seminar Sehari Teknologi dan Pengelolaan
Kualitas Lingkungan Pesisir dan Laut, Bandung: Jurusan Teknologi Lingkungan
ITB.
Casinos & Slots - DrmCD
BalasHapusMobile Casino · Bingo Games · 광주 출장안마 Table Games · 원주 출장안마 Casino Tables 경주 출장안마 · 하남 출장안마 Banking Tables · Specialties 제주 출장안마 & Offers